Minggu, 24 Januari 2021

GUNUNG TALAMAU JALUR GEOPARK JENJANG SERIBU –LUBUAK LANDUA ( DES 2020 )

 

GUNUNG TALAMAU JALUR GEOPARK JENJANG SERIBU –LUBUAK LANDUA

( 25 – 30 Desember 2020 )

 


Pada kesempatan touring motor Sumatra kali ini selain ke Sabang , awalnya kami ingin mengulang kembali pendakian gunung Kerinci yang pada tahun 2009 kami lakukan dengan durasi 2 malam 3 hari ( itupun hari ke-2 kami gunakan untuk  beristirahat di tenda seharian menunggu angin reda ), nah saat mendapat kabar gunung Kerinci ditutup untuk pendakian, kami menemukan nama gunung Talamau   kamipun tertarik  untuk mendaki kesana; sempat terpikir ‘kenapa ya’ saat membaca catatan perjalanan di media daring yang menyebut durasi 4 malam untuk mendaki Talamau,sementara tingginya tidak sampai 3000 mdpl yang ke depannya saya memang angkat tangan dengan jalurnya yang panjang dan melelahkan, malah saat perjalanan dari pos 3 ke pos 4 saya sampai mengeluh ke suami saya dan tercetus ingin gantung sepatu dan tidak mau naik gunung lagi…

Sebagai catatan , saat touring motor ke Flores kami naik gunung Ile Ape atau Lewotolok yang baru-baru ini meletus durasi 1 hari 1 malam, saat touring ke Ternate kami naik gunung Gamalama durasi 2 hari 1 malam…maka saat touring motor ke Sumatra ‘sekalian’ naik gunung Talamau dengan durasi 5 hari 4 malam, kamipun teparrrr…..kesimpulannya naik gunung Talamau tidak bisa disambi touring,titik.

Kenapa saya ribut durasi ? aduh gaes…ini naik gunung dengan durasi terlama selain gunung Argopuro tempo doeloe ( catatan : tanpa acara santai-santai)

25 Desember 2020 sekitar pukul 9.30, kami riding meninggalkan Padang menuju Pasaman Barat tepatnya kawasan geopark Jenjang Seribu, desa Lubuak Landua sejauh ±183km.

Pukul 13.10 kami sampai di tempat ikan larangan, menanyakan arah pos pendaftaran pendakian dan sekitar pukul 13.30 kami sampai di pos lapor, setelah menyerahkan fotocopy KTP, surat bebas Covid 19 ( kami sudah melakukan swab test beberapa hari sebelumnya )  kami diijinkan naik hari itu juga…whoa…kami cepat-cepat menitipkan barang dan mencari logistik dan makan siang, disinilah kesalahan awalnya; di desa tsb logistik agak terbatas dan rumah makan juga menunya kurang lengkap, rencana awal membeli makanan matang yang awet seperti rendang, dendeng,ayam serundeng dan sejenisnya musnah sudah…seharusnya kami membelinya sejak di Padang atau saat melewati Pariaman .

Terus terang saya agak galau dengan logistik jadi hanya membeli seadanya yang tersedia di warung, mana di pos lapor kami dilarang membawa telur..,nahlo…akhirnya menu makan kami di gunung benar-benar kurang protein dan tidak berselera..sementara saat mendaki makan itu sangatlah penting.

 

Sampai di pos lapor Lubuak Landua

berbincang ( atau kasi kuliah ??secara menang tua, haha) dengan pendaki lain

Pukul 14.53 kami mulai meninggalkan pos lapor, target kami tidak muluk-muluk yaitu pos 1 saja , dan baru beberapa lama berjalan kepala saya pusing karena panas dan…lapar….hahahha, kami memang belum makan lagi sejak pagi karena sibuk belanja logistik dan packing, jadi kami membuka bekal nasi bungkus dulu di pinggir jalan yang agak teduh.

Jalur pos lapor ke pos 1 adalah kebun sawit dan ladang penduduk, lucky us...saat kami masih duduk-duduk , melintas mobil bak rombongan pendaki bang Revan dan bang  Fajri dan kamipun diajak menumpang yang saya sambut dengan kegirangan dan kami semua didrop sampai di bawah pos 1, karena jalur berikutnya hanya dapat dilalui kendaraan roda dua…Alhamdulillah, masalahnya cuaca rasanya panas sekali, karena ketinggian hanya sekitar 350 mdpl…

Pukul 17.30 kami sampai di pos 1 sekitar 600 mdpl, berupa rumah panggung kecil dan satu tempat beratap seng yang dapat memuat 2 tenda, tidak jauh dari sana terdapat gapura pintu masuk ke Talamau dengan slang saluran mata air didekatnya, dan disana ada rumah ladang milik pak Een dimana beliau yang seringkali merawat kondisi pos 1 dan pos 2 beserta relawan lain.

Baru jalan sebentar sudah buka nasi bungkus, pasangan pendaki vespa butut...haha

 

Diajak menumpang mobil bak,wah..sungguh berkah bagi kami...

Lanjut, kanggg...

Ada spot bagus sebelum pos 1, pose dulu lah...jangan kalah sama abegeh...

 

Kami memutuskan membuka tenda dekat rumah ladang pak Een, sementara rombongan Revan dan Fajri di rumah ladang pak Een..hari-hari berikutnya kami kerap bersama dan dibantu teman-teman rombongan ini.

Gerbang pendakian Gn. Talamau

Gn. Talamau dari Pos 1

Pondok Ladang Pak Een

Burung rangkong di sekitar pos 1

Burung Rangkong di sekitar pos 1 ( camera zoom )

Burung Elang di sekitar pos 1

 

26 Desember 2020, pukul 9.00 kami memulai perjalanan, beberapa menit kemudian kami menyebrang sungai dan mulai masuk hutan, jalur menanjak tetapi masih bersahabat, sekitar pukul 11 lebih kami sampai di pos 2 sekitar 1100 mdpl, dan duduk-duduk sekalian makan siang , Pos 2 ini berupa rumah panggung , bawahnya cukup menampung 2 tenda , terdapat mata air membentuk selokan dangkal di sebelah kiri pos apabila kita berdiri menghadap posnya.

Sekitar 10 menit dari pos 1 kita menyebrang sungai

Jalur ke pos 2

jalur ke Pos 2

Jalur ke pos 2

Pos 2

Pos 2, Pak Een menyemprot rumput di sekitar pos
 

Pukul 12  lebih kami  meneruskan perjalanan, jalur menuju pos 3 yaitu menyebrang mata air dan terus menanjak nyaris tanpa ampun. Jalur ke pos merupakan jalan setapak dan hutan yang cukup rapat dengan banyak pohon tumbang yang melintang di jalur, kami sangat terbantu dengan tanda-tanda ikatan tali rafia pada dahan-dahan pohon sehingga kami lebih yakin bahwa kita berada di jalur yang benar.

Di jalur ini mulai terdapat pacet tetapi tidak terlalu masif ; saat kami disana hanya menemukan 2-3 pacet dan yang mengganggu ada serangga kecil-kecil berwarna putih yang berterbangan di depan wajah kita, sukanya menempel di dahi dengan meninggalkan bentol-bentol merah yang gatal, saya sudah menjadi korbannya…

Sekitar pukul 16.19 kami sampai di pos 3 dengan ketinggian sekitar 1600 mdpl, dan sepatu  kiri sayapun jebol; saya memang memakai sepatu lama karena sepatu gunung yang baru kurang nyaman dipakai, tetapi karena terlalu lama dalam kardus sepatu saya rusak dan baru sehari jalan langsung lepas sol-nya…tetapi tidak usah heran , karena saat hari berikutnya saya bertemu pendaki-pendaki yang turun gunung banyak yang sepatunya jebol atau sandal gunungnya lepas,  dan sepatu suami saya yang relatif baru juga solnya jebol kok meski tidak sampai copot seperti sepatu saya..hahahaha…

Pos 3 merupakan tempat agak lapang  yang cukup menampung 8 tenda, bisa maksa 10 tenda tapi tempatnya miring, di pos 3 ini tidak ada bangunan ataupun bedeng. Saat itu suasana berkabut dan tanahnya basah, jadi kalau ingin nyaman wajib membawa alas tenda. Di pos 3 ini tedapat mata air melawati; jalannya menurun agak curam di sebelah kanan jalur, terdengar kok gemercik suaranya karena ada air terjun kecil di sungainya.

 

Jalur menuju pos 3

Jalur menuju pos 3

Jalur menuju pos 3

Jalur menuju pos 3

Pos 3

Pos 3

Pos 3

27 Desember 2020, pukul 9. lebih kami memulai perjalanan menuju pos 4 atau pos peninjauan yang merupakan trek panjang dengan jalur menanjak dan hutan yang rapat, sekitar 3 jam berjalan dari pos 3 kita akan bertemu pertigaan atau pertemuan dengan jalur pendakian dari desa Pinaga, sehingga dari sini jalur dari dua desa menjadi satu menuju ke pos 4 .

Dari sini kami banyak bertemu pendaki-pendaki yang turun dan dimana kondisinya mayoritas dalam kondisi lelah , badan/baju kotor dan alas kaki berlumpur, whoa…disini perasaan saya mulai tidak enak,…dan betul saja setelah berjalan sekitar 4-5 jam dengan jalur hutan ,berikutnya kita akan bertemu trek yang merupakan jalur air dengan langit yang lebih terbuka. Kondisi jalurnya cukup rusak dan berlempung...maka kamipun merayap dan seringkali menggunakan tangan dan kaki untuk memanjat jalan, dan kami sampai di pos 4 atau pos paninjauan sekitar pukul 17 lewat…8 jam perjalanan, sungguh perjalanan panjang dan menguras tenaga.. suami saya juga pasti kelelahan ; dia berjalan cukup lambat karena kerilnya  cukup berat…

Pos 4 ini merupakan area datar di sebelah kanan jalur yang hanya dapat menampung sekitar 6 tenda berhimpitan. Dalam hal ini kami beruntung rombongan Revan menyiapkan space untuk tenda kami ,kalau tidak..dengan kondisi libur akhir tahun sehingga pendaki cukup banyak, apabila pos 4 penuh kami harus meneruskan perjalanan menanjak ke danau-danau sekitar 1-2 jam…waduh, saat itu saya sudah benar-benar lelah. Pos 4 ini dijuluki pos peninjauan karena dari sini kita dapat melihat view ke bawah dan sunset yang indah apabila kita beruntung, di sini terdapat mata air tetapi tidak terlalu besar.

Sol sepatu copot, dianyam menggunakan tali karena tidak membawa lem/aibon

 

Jalur menuju pos 4, langsung menanjak


Jalur menuju pos 4

Jalur menuju pos 4

Pertemuan dengan jalur desa Pinaga

Bertemu spesies Napenthes alias Kantong Semar

Jalur menuju pos 4

Jalur menuju pos 4

Jalur menuju pos 4

Jalur menuju pos 4

membuka tenda di pos 4 atau pos peninjauan

View dari pos 4

View dari pos 4


mata air di pos 4


28 Desember 2020, pukul 9 lebih kami memulai perjalanan ke puncak, treknya masih berupa jalur air dengan langit terbuka, saat itu agak berkabut dan gerimis tipis, sekitar 1 jam kami sampai di area danau , dimana danau yang terisi air ada 3. Jalurnya lumpur dan di beberapa spot berupa kubangan… 

Area danau-danau ini cukup lapang, tetapi tetap saja sulit menemukan tempat kering untuk membuka tenda karena banyak yang berlumpur atau basah; jadi tampak seperti area rumput tetapi apabila rumputnya diinjak jadi berair, kurang lebih seperti itulah…yang jelas air tersedia banyak disini.

Setelah foto-foto kami menuju ke arah puncak berupa jalur batu-batu besar, kamipun mulai memanjat…saat altimeter kami menunjukkan jarak sekitar 80 meter lagi untuk sampai ke puncak, saat saya memanjat sebuah batu yang sebetulnya tidak terlalu tinggi, kaki kiri saya sudah naik , sekonyong konyong ,” Kreeekk…”…lutut kaki kanan saya terkilir sampai bunyi nyaring spt itu, dan saya sampai berteriak kesakitan…drama pun dimulai…suami saya cepat- cepat membantu dan mendudukkan saya…oh my God, pikiran saya sudah kemana-mana, setelah agak lama saya mencoba menggerak-gerakkan lutut dan dapat berdiri kembali , suami bertanya apakah tetap mau ke puncak…disini ego kita diuji ya…saya menatap ke puncak yang sudah kelihatan cukup dekat, saya berfikir sebetulnya saya kuat dan sanggup berjuang sampai puncak, tetapi PR kaki kanan saya akan tambah banyak dan saya tidak mau menyusahkan orang karena keegoan saya, sayapun menjawab kalau saya menyerah, dan minta maaf ke suami kalau mengecewakan dia…dan suami saya menghibur,” Sudah berapa kali kita naik gunung…puncak ya seperti itu, kali ini kita gagal muncak ya tidak apa-apa “…

Kamipun turun perlahan , dan kembali ke pos 4, selama bertahun-tahun kami berdua mendaki gunung baru kali ini mengalami cedera dan gagal ke puncak, saya benar-benar introspeksi diri atas peristiwa tsb…benar-benar adegan antiklimaks ya..

Saat turun di area danau-danau kami bertemu rombongan Revan yang baru tiba dari pos 4, kami bertegur sapa dan bercerita tentang kecelakaan kecil yang saya alami  untuk kemudian saling melanjutkan perjalanan, belakangan setelah sama-sama di pos 4 ternyata mereka tidak jadi muncak karena saat itu  kabut turun dan mereka membatalkan ke puncak dengan alasan keselamatan…kamipun saling menghibur, mereka masih muda-muda dan rumahnya sekitar Pasaman sehingga dapat mengulang kembali mendaki Talamau di lain kesempatan.

Begitulah...cuaca di gunung memang sulit diprediksi …

menuju danau

Trek menuju danau-danau

Trek menuju danau-danau


Trek menuju danau-danau, berlumpur

 

Area danau-danau, berlumpur

Salah satu danau

Danau ke 2

Danau ke 3 yang paling besar, jalurnya berlumpur

Area camp

Danau terbesar

Misty..

Cantigi, danau & misty Talamau

Danau terbesar



 
Trek menuju puncak

Trek menuju puncak

Trek menuju puncak,memanjat batu-batu

View dari trek puncak ke bawah, sesaat sebelum terkilir

 

Sampai pos 4 setelah beristirahat dan makan siang , kami langsung mengemasi tenda dan bersiap-siap turun ke pos 3, saat itupun sudah ada pendaki yang mengantri untuk membuka tenda di tempat kami, itulah kelemahan trek gunung Talamau yaitu space untuk tenda yang terbatas .

Sekitar pukul 16 kami berdua mulai bergerak turun ke pos 3, tentu saja saya berjalan seperti siput karena lutut kanan saya masih sakit dan sangat terbatas gerakannya…jadi tekad saya saat itu  pokoknya harus sampai di pos 3, karena selain mengejar supaya hari berikutnya kita bisa turun ke pos 1 , selain itu kalaupun kita ingin berhenti antara pos 4 dan pos 3 tidak ada space buat kita mendirikan tenda, kecuali kita bikin bivak atau menggantungkan hammock..hahahah…parah kan….

Dan akhirnya pukul 01.00 dinihari kami sampai di pos 3…bayangkan ,9 jam perjalanan malam  …takut tidak jalan malam-malam? Sepertinya kami tidak sempat memikirkan takut..selain itu kami bedua sudah terbiasa trekking malam atau kemalamam , hahhaah…yang jelas kami beruntung saat itu tidak turun hujan yang deras, hanya sempat gerimis tipis dan tidak begitu lama. Kami langsung mendirikan tenda ; saat itu area pos 3 kosong hanya ada tenda rombongan Revan yang sudah tiba jauh lebih awal.

29 Desember 2020, pukul 10.30 kami mulai turun ke pos 1, saya dapat berjalan agak cepat karena saya memakai dekker di lutut dan minum obat Voltadek untuk penghilang sakit. Saat turun kami bertemu banyak pendaki yang akan merayakan tahun baru di gunung Talamau, akhirnya sekitar pukul 16.30 kami sampai di sungai dekat pos 1, rencana untuk langsung turun ke pos lapor kami batalkan karena turun hujan deras dan lama, kamipun bermalam di rumah ladang pak Een dekat pos 1 bersama rombongan Revan & Fajri sebelum pulang keesokan harinya

 

Perjalanan turun, akhirnya..,sudah mendekati pos 2 .(mohon maaf banyak foto punggung suami, karena saya di belakangnya dan berusaha memberi gambaran trek yang dilalui)

 

30 Desember 2020, kami mandi di sungai sepuasnya ..sungainya hanya selemparan batu dari pos 1, airnya jernih dan Insya Alloh bersih karena aliran langsung dari hutan. 

Sungai dekat pos 1

Sungai dekat pos 1

Sungai dekat pos 1, mandi membuang daki yang menempel selama 5 hari..haha

 

Setelah berkemas kami dijemput ojek yang dipesankan kawan-kawan, kamipum berpamitan serta mengucapkan terima kasih pada pak Een dan rombongan Revan & Fajri yang banyak membantu kami selama perjalanan.

Saat kami sampai di Padang lagi ,kami mendapat kabar ada 2 pendaki pria gunung Talamau yang dievakuasi , penyebabnya saat mereka sampai pos 3 tidak ada lagi tempat untuk mendirikan tenda, sehingga mereka mau tak mau meneruskan perjalanan ke pos 4 ,sementara kondisi hujan dan mereka sudah kelelahan dan kedinginan, akhirnya mereka menyerah di trek antara pos 3 dan pos 4 dan dievakuasi dengan cara digendong turun oleh relawan dari desa Lubuak Landua.

Di akhir tulisan ini saya membuat beberapa catatan tentang pendakian gunung Talamau jalur Lubuak Landua

1.      Saat registrasi kita membayar 10k/orang dan penitipan kendaraan 15k/unit

2.      Untuk menghemat tenaga dan waktu dari pos lapor ke pos 1 kita dapat memesan ojek dan biayanya tidak terlalu mahal yaitu 15k one way, ini sangat membantu karena bagi saya pribadi berjalan di ketinggian 300-400 mdpl di antara kebun sawit di cuaca cukup panas,sangatlah menyiksa..maklum, rumah kami di Lembang di ketinggian ±1250 mdpl

3.      Untuk pendaki luar kota Pasaman, sebaiknya siapkan logistik dari awal , karena warung dan rumah makan di desa Lubuak Landua pilihannya terbatas. Persiapkan makanan matang yang awet dan berselera agar nafsu makan tetap terjaga, makanan matang disini sangat berguna kalau kita sudah terlalu lelah untuk memasak lauk, dan siapkan logistik berlebih untuk berjaga-jaga apabila kita tertahan harus lebih lama di gunung misal karena cuaca buruk, FYI  saat di Talamau kami bertemu satu rombongan turun sebelum muncak karena kehabisan logistic.

4.      Air tersedia di setiap pos, di antara pos 3 dan 4 juga ada mata air kecil  di jalur pendakian

5.      Sebaiknya siapkan sepatu cadangan, atau selain memakai sepatu bawa juga sepatu sandal gunung cadangan, bawa lem Aibon dan tali rafia atau tali jenis lain, Insya Allah pasti berguna setidaknya untuk membantu orang lain.

6.      Di pos 1 sampai sungai banyak tempat untuk mendirikan tenda, di pos 2 selain rumah panggung ,di bawahnya dapat menampung tenda, di pos 3 dapat menampung max.10 tenda tetapi kondisi tanah tidak datar, di pos 4 dapat menampung max 6 tenda berhimpitan, di danau-danau area cukup luas tinggal memilih area kering saja

7.      Di jalur dari pos 2 ke pos 3 ada satu tempat darurat yang cukup untuk satu tenda (jadi ada jalur yang cukup lebar , jadi kita bisa dirikan tenda di jalur kalau terpaksa ) , di jalur dari pos 3 ke pos 4 tidak ada tempat untuk mendirikan tenda darurat, demikian juga dari pos 4 ke danau-danau. PR paling besar adalah pos 4 karena disini pendaki dari pintu masuk dua desa menyatu, sehingga apabila pendakian cukup ramai pasti di pos 4 ini berebut tempat, kalau tidak kebagian harus meneruskan perjalanan ke atas sementara kebanyakan pendaki baik dari jalur Pinaga maupun Lubuk Landua sudah kelelahan karena trek ke pos 4 ini cukup panjang.

8.      Yang terakhir ini opini saya pribadi ya, sebelum mendaki Talamau saya mencari-cari informasi di media daring adakah larangan atau pantangan bagi pendaki wanita yang sedang haid untuk mendaki Talamau. dan saya tidak menemukan stetment pantangan bagi wanita haid . Saat saya di pos lapor petugas sempat menanyakan kondisi haid karena melihat stok pembalut di keril saya, dan saya menjawab belum,saat mulai mendaki ternyata di pos 2 ternyata period saya maju dan saya ‘dapet’…malah saat saya ke puncak itu sedang banyak, dan terjadilah lutut terkilir yang menyebabkan saya tidak dapat mencapai puncak yang hanya tinggal 15 menit lagi saya mendaki…setelah saya mengevaluasi perjalanan kami, introspeksi, dan menghubung-hubungkan, memang kejadian lutut terkilir agak aneh karena posisi kaki kanan saya rasanya normal-normal saja, tapi entahlah..yang jelas menurut pendapat saya sebaiknya para pendaki wanita menghindari naik gunung Talamau dalam keadaan haid, karena secara medis kondisi tubuh wanita yang sedang haid umumnya kurang optimal, secara non medis kita juga sebaiknya menghormati hal-hal tidak kasat mata di tempat-tempat separti gunung Talamau ini.

 

Demikian cerita kami mendaki Talamau, sungguh gunung dengan trek luar biasa, tentunya saya mengharapkan ke depannya jalur pendakian gunung Talamau ini dapat dibuat lebih aman, terutama jalan jalur airnya dan memperbesar area untuk tenda di pos 3 dan pos 4, salam lestari….




Tidak ada komentar:

Posting Komentar