Minggu, 07 Februari 2021

TOURING BANDUNG–SABANG TITIK NOL INDONESIA PP( 19 Desember 2020 – 15 Januari 2021 )-KAWASAKI VERSYS 250

 

TOURING BANDUNG–SABANG TITIK NOL INDONESIA PP

( 19 Desember 2020 – 15 Januari 2021 )

 KAWASAKI VERSYS 250

 


Oke, kami masih penasaran dengan mas Versys 250 cc, jadi kami coba ajak jalan-jalan jauh biar tidak kuper …sebelum diajak jalan jauh, kami merogoh kantong dulu untuk memodififasi jok, terutama jok boncenger yang dibuat empuk dan flat supaya tidak merosot terus saat jalan menurun. Bagaimana dengan lecet di bagian belakang boncenger? saya mensiasatinya dengan memakai inner celana running dari bahan ply dry yg licin, didouble dengan celana panjang longgar dari bahan non denim , jadi lupakan celana jeans andalan yang ketat-ketat manja, saatnya memakai celana panjang yang lebih syariah…

 

Jok boncenger dibuat flat dan diempukkan di Jl. Pungkur-Bandung, 500k..hicks

Tahun 2018 kami ke titik nol Sabang dengan rute berangkat melewati sebagian jalur Barat dan pulang lewat jalur timur Sumatra , sebagian disini karena kita agak “melenceng ke tengah” yaitu ,dari Padang masuk ke tengah ke Bukittinggi dan ,Padang Sidempuan, Sipirok, Tarutung, dan tembus ke Danau Toba via Tele…, kemudian lanjut Sidikalang dan baru kembali lagi ke sisi barat yaitu Subulusalam, Meulaboh dst…sisi barat Sumatra yang terlewat adalah jalur : Padang- Natal-Sibolga…

Pada th 2018 jalur sisi barat  Natal – Sibolga memang belum tembus dan baru terhubung sebagai jalan nasional sekitar 1 tahun belakangan atau awal tahun 2020, FYI sampai catatan ini dibuat  apabila kita membuka google map ,informasi pada aplikasi tsb jalan lintas barat Sumatra Natal-Sibolga masih belum terhubung…,kita dapat memakai aplikasi MAPS.ME untuk dapat melihat jalur lintas barat Sumatra Natal-Sibolga

Selain itu ada ada ruas jalur tengah Sumatra yang belum kami lewati yaitu : Bireun-Takengon-Kutacane.

Perjalanan kali ini kami tidak terlalu memikirkan itinerary dan durasi, kami berencana singgah di Padang untuk mendaki gunung Talamau , dan kami membawa tenda yang ternyata hanya efektif untuk mendaki gunung saja, dan selama perjalanan Touring kami hanya menggunakan  tenda 1x yaitu di Natal, selebihnya kami menggunakan penginapan karena ternyata tidak semudah itu membuka tenda di Sumatra terutama  masalah “kucing besar “ yang masih lumayan banyak di tanah Andalas…

Maka cerita kali ini saya mungkin lebih menitik beratkan pada jalur Padang-Natal-Sibolga , dan Bireun-Takengon-Kutacane

 

19-20 Desember 2020 Lembang- Baturaja  ( 267km + 332km)

19 Desember pukul 20.21 kami start dari Lembang masuk Purwakarta, Karawang , Kalimalang Bekasi, perjalanan lancar dan tak ada kemacetan, pukul 23.58 ngopi sebentar di Bekasi, lanjut Jakarta, Serang, Cilegon.

 

Siap berangkat, kelebihan beban karena bawa keril & perlengkapan naik gunung...

Istirahat sebentar di SPBU Lemah Abang-Bekasi


20 Desember pukul 04.14 kami masuk ke lambung kapal penyebrangan Merak – Bakauheuni. Saat ini pembelian tiket penyebrangan Selat Sunda dilakukan secara online menggunakan aplikasi Ferizy , atau dekat loket biasanya ada yang nongkrong untuk memesankan dengan tambahan biaya 15k, jadi mendingan kita download sajalah aplikasinya yaaa…

Masuk lambung kapal

 

Tidak berani masuk ruangan soale ber AC..jadi cari tempat sepi, waspada Covid 19 bro..

Pulau jawa yang semarak

Pukul 7.00 kita sudah menyusuri jalanan Sumatra, sarapan di Bandar Lampung dan menapaki aspal mulus dan matahari yang terik menuju Kotabumi dan  Martapura, tidak ada hambatan di perjalanan , pemandangan didominasi kebun singkong yang luas karena provinsi Lampung memang penghasil singkong, untuk dijadikan tepung tapioka ya bukan getuk...di Lembang para peternak sapi perah rutin 'mengimpor' ampas singkong untuk pakan ya dari Lampung ini  . 

Sekitar pukul 19.00 kami sampai di Baturaja dalam kondisi diguyur hujan , sempat berteduh di SPBU  sebelum menemukan penginapan OYO yang bersih namun harga bersahabat dan pukul 19.38 kami beristirahat setelah hampir seharian penuh kami riding.

Tiba di Bakau Heuni

Menapaki jalan aspal Lampung

Lampung tengah yang terik

Berteduh

Berteduh lagi di SPBU Baturaja sambil browsing penginapan

21 Desember 2021 Baturaja – Surulangun ( 384 km )

Pukul 09.00 setelah sarapan di daerah pasar Baturaja,kami melanjurkan perjalanan , sempat disesatkan google map di daerah Bukit Asam ;  kami dihadapkan pada jalan buntu, dimana jalan aspalnya menghilang, kondisinya dipalang, dan di belakang palangnya entah kebun siapa, hahaha…

Sarapan di Baturaja, kopinya mantaps...bikin melek seharian full !!

Apa salah kami sama google sampe disesatkan ke jalan buntu beginih??

Jalan aspal relatif mulus, dan mulai nampak kebun duku Palembang yang terkenal manis di kanan kiri jalan yang kami lewati.
Kami melewati kantor pemerintahan Lahat, ada banyak karangan bunga dukacita yang ternyata pejabat Sekda-nya wafat karena Covid 19. Saat itu cuaca sangat terik, kami melewati jalan yang sempit berbelok- belok dan  pukul 17.13 kami makan di Lubuklinggau, mulailah menu makanan Minang, dan menu itu yang selalu kami temui selama sebulan kami di Sumatra.

Menawar duren; gagal fokus sama si ibu yang tidur ya...

Dari Lubuk Linggau ke Surulangun jarak 137km tetapi dapat ditempuh sekitar 2 jam karena jalan sepi, mulus daannnn….lurussssss…, hahahah… awalnya kami agak was-was mengingat kabar kurang amannya jalur tengah Sumatra, tapi melihat jalur yang seperti itu kami bisa memacu kecepatan dan sekitar pukul 20.00 kami sudah dapat berisirahat di Surulangun.

 

22 Desember 2020 Surulangun – Sungai Penuh – Kayu Aro Kab. Kerinci ( 308 km )

Pukul 9.00 lebih kami start ke Kayu Aro, kami mlipir sedikit untuk naik ke Danau Gunung Tujuh sekaligus nostalgia saat kami ke gunung Kerinci th 2009. 

Perjalanan lancar dan cuaca cerah, saat keluar Surulangun jalan masih luruussss…tetapi saat melewati pertigaan Bangko jalan mulai meliuk-liuk dan naik turun melewati kebun sawit terkadang hutan dibawah terik matahari yang panas sehingga beberapa kali kami berhenti untuk menenggak bekal minuman Pocari Sweat, supaya tidak kekurangan cairan elektrolit gaes...

Sarapan di Surulangun
Keluar Surulangun jalanan masih lurusss..seperti jalur sebelumnya (Lubuk Linggau-Surulangun)

 

Masih jalan lurus saat keluar Surulangun

Pukul 14.04 kami melewati danau Kerinci, pukul 15.00 kami sudah melewati Sungai Penuh dan setelah makan di RM Minang ( lagi ) kami mulai masuk daerah Kayu Aro dengan kebun tehnya yang sejuk dan langsung menuju kantor pendaftaran Taman Nasional Kerinci untuk meminta informasi tentang danau Gunung Tujuh, dan thanks God , tgl 23 Desember adalah hari terakhir kunjungan karena tgl 24 Desember Danau Gunung Tujuh ditutup untuk pendakian sama halnya dengan Gunung Kerinci.

Menemukan spot untuk istirahat & ngopi sesaat sebelum danau Kerinci

Sekali ini saja kita pakai tripod tongsis..selebihnya tongsis cuma ganduli ransel

Ngopi dulu biar otak tidak kram...

Danau Kerinci, dimana ada air disitu ada kemakmuran...

Petunjuk ke arah Kab .Sungai Penuh di tepi danau Kerinci

Menuju Kabupaten Sungai Penuh

Dendeng botokok, enak pas dimakan, pahit pas membayar...

Tugu Rimau, start point pendakian ke gunung Kerinci
Gunung Kerinci

23 Desember  2020 Pendakian One Day Trip ke Danau Gunung Tujuh

Durasi pendakian sekitar 3 jam ,turun biasanya lebih cepat ya… 

Danau ini merupakan salah satu danau tertinggi di Indonesia yaitu pada ketinggian 1950mdpl dan terbentuk dari kumpulan mata air gunung-gunung (7 gunung ) yang mengelilinginya,..jadi terbayang bersih dan murninya air danau ini. Danau Gunung Tujuh juga merupakan hulu dari sungai yang mengalir ke desa-desa disana.

Ada kejadian lucu saat saya registrasi mendaki danau Gunung Tujuh ;

Saya ,dengan percaya diri : "Kami besok pagi start pukul 4 pagi ya pak, ingin melihat sunrise di danau"

Petugas, dengan ramah : "Silakan bu, yang penting hati-hati saja, tgl 12 Desember kemarin ada pengunjung yang bertemu 'kucing besar" di jalur pendakian "

Saya, dengan degradasi kepercayaan diri  : "OH..kami berangkat pukul 8 saja pak dengan grup lain biar ada teman.."

Danau Gunung Tujuh termasuk Taman Nasional Kerinci Seblat

Menanjak 3 jam sambil cerita dibayangi 'kucing besar'..hari itu yang naik hanya 12 orang

Danau Gunung Tujuh yang murni...

Teh manis dulu , biar menikmati manisnya hidup...

Enaknya camping ya..sayang, selama pandemi ijinnya hanya boleh one day trip

24 Desember 2020 Kayu Aro – Padang ( 201 km )

Pukul 9.00 kami memulai perjalanan menuju Padang, keluar Kayu Aro kami disambut gerimis dan jalan yang sempit, banyak lubang, dan meliuk-liuk curam dengan tikungan tapal kuda yang sempit membuat kita harus ekstra hati-hati karena jurang-jurangnya tidak diberi pagar /pengaman ..

Duh, saya benar-benar tidak suka jalur ini.

Kami memasuki kawasan danau atas bawah tetapi kondisinya banyak longsoran dan masih diiringi gerimis rapat sehingga malas mengeluarkan kamera/HP.

Saat keluar area danau, jalan mulai mulus dan sebelum masuk Padang kita akan bertemu pertigaan Solok dan berikutnya diuji rute Sitinjau Lauik  yaitu  jalan menurun menikung curam yang cukup panjang dan tikungan tapal kudanya yang terkenal. Yang membuat tambah senewen adalah banyaknya truk-truk besar yang kembang kempis naik ataupun yang menghempas-hempas rem hidrauliknya saat turun…kroded pokona mahhh….

Sesampainya di Kota Padang kami bersantai sejenak  ;duduk-duduk menikmati sunset di pinggir pantai bersama warga lainnya. 

Longsor sekitar danau atas bawah/ danau kembar

Longsor

Danau Atas


Menuju Padang dari Solok

Banyak kebun teh di Solok

Es Durian Ganti Nan lamo; kecele sama  gado-gado Padang..hehe

Sunset di pantai kota Padang

Doi menunggu siapa tau ada putri duyung tanpa bra terdampar.. ...

 

25-30 Desember 2020 Mendaki gunung Talamau di Pasaman Barat ( tulisan tersendiri,ya )

31 Desember 2020 Recovery kondisi di Padang, kaki tengklek Gan….

 

1 Januari 2021 Padang – Natal ( Mandailing Natal )

Di jalur ini saya tidak banyak mengambil foto karena kehujanan dan keburu gelap karena  memulai perjalanan dari Padang lewat dzuhur .

Kami meninggalkan Padang melalui jalan lintas barat Sumatra yaitu melewati Pariaman, Simpang Ampek  Pasaman, lanjut ke Ujung Gading, jalanan mulus dan tidak terlalu berkelok-kelok…sempat berteduh karena hujan cukup deras, dan kami sampai di Natal sebelum magrib. Kami menggunakan aplikasi MAPS.ME untuk meyakinkan jalur.

 

Pantai di Pariaman

Unjuk kacamata dan masker, mukanya ga penting soalnya..hahaha

Menuju Pasaman

Cuaca cerah terik di Pasaman

Melewati pasar

Menuju Natal

Akibat start kesiangan..., mendekati natal sudah mulai gelap

 

Tiba di perbatasan Natal, sudah masuk Sumatra Utara

Jalur di Natal ini merupakan jalan aspal sempit, di sebelah kiri kami sungai besar yang airnya berwarna coklat pekat karena banyak terdapat tambang emas , suasananya agak gelap/minim penerangan dan kami mencari-cari ‘kota’nya…yang ternyata hanya berupa alun-alun kecil dekat Rumah Sakit dan suasananya gelap...oke, biar otak tidak kram kami makan dulu ajalah…lagi-lagi di RM Minang dimana RM ini kami pilih karena kondisinya cukup terang. Saat kami berbincang-bincang dengan pemilik RM kami mendapat informasi bahwa Natal ini merupakan  kecamatan dari kab.Mandailing Natal dimana kotanya berada di Panyabungan , dekat Padang Sidempuan….wohhhhh..


Jalan di Natal..ada di MAPS.ME

Jalan di Natal

Sungai besar yang coklat pekat

Natal tampak seperti daerah yang  sepi sendiri. Daerah bersejarah ini seakan tenggelam dalam kesepian pembangunan, untunglah saat ini jalur lintas barat ke Sibolga sudah terhubung, demikin juga apabila hendak ke Pasaman Sumatra Barat, semoga ke depan Natal akan lebih bersemangat ,menggeliat dan lebih bersinar…

Cerita sejarah yang terkenal tentang Natal selain aktifitas pelabuhan dan nelayan adalah Natal amat dikenal sebagai salah satu tempat persinggahan Eduard Douwes Dekker yang kemudian dikenal dengan nama Multatuli.

Eduard Douwes Dekker ketika berada di Natal sempat menulis sebuah buku terkenal berjudul Losse Bladen uit het Dogbck van een ud Man (Halaman-halaman lepas dari buku harian seorang lelaki tua) ( sumber dari google )

Agak sulit menemukan  penginapan di Natal, andai kami melanjutkan perjalanan rute berikutnya merupakan jalur hutan /kebun yang sepi, hemmm…engga deh..Akhirnya mendapat informasi ada pantai yang cukup aman dekat galon…hah, galon? Ternyata istilah galon ini artinya SPBU..hehe…maka kami mencari SPBU tsb dan di seberang jalannya terdapat pantai…kamipun membuka tenda dan istirahat dengan diiringi debur ombak…, amankah? tentu saja aman karena dekat tenda kami terdapat warung dimana pemiliknya menginap disana…heheheh…

Camping di pinggir pantai di Natal, hanya sekali ini nenda selebihnya tenda beratin motor doank

Yang begini ini yang bikin camping itu nagih...sungguh pagi yang nikmat...

  

2 –3 Januari 2021 Natal – Singkuang - Sibolga –Subulusallam ( > 500km )

2 Januari 2021 pukul 8.00 kami langsung memulai perjalanan tanpa mandi karena toilet di SPBU di Natal kurang terawat. Dan mulailah rute perjalanan yang paling menarik dalam trip kali ini selain rute Takengon-Kutacane….

Keluar Natal kita disuguhi jalan mulus dengan pantai sepi di sisi kiri..dan hutan sepi dan terkadang kebun sawit di sisi kanan. Sayangnya kami saat itu kurang bersemangat ke Pantainya karena matahari sangat terik gaeesssss….pakai kacamata hitam aja semua masih terlihat terang benderang, beneran!…hahahhaa

Setelah lama jalur sepi baru nanti kita akan melewati desa yang juga sepi.., begitulah silih berganti...tetapi soal pemandangannya…hemmm, percayalah…sangat indah dan hasil foto-foto amatir saya hanya mewakili 50% keindahannya

Suasana desa

Suasana desa Mandailing Natal sisi pantai  barat

Suasana desa Mandailing Natal sisi pantai  barat

Kiri pantai, kanan kebun, jalan  sepi lurus mulus, udara segar...

Jalur lintas Barat, masih dekat pantai

Ganti, kebun sawit...

Mangrove di daerah muara


Desa di pantai jalur lintas barat

Desa di pantai jalur lintas barat

Kebun sawit lagi..

Muara lagi..

Pantai sisi barat Sumatra, cirinya adalah Cemara

Hati-hati ternak ya...

Masih jalur sisi barat Sumatra  Natal -Tapsel

Pantai..

Yess..setelah meninggalkan Natal selalu bertemu pantai

Lancar ....


Menyenangkan , isn't it ?

Jadi catatan untuk jalur lintas barat Sumatra Natal-Sibolga ini adalah :

  1. Kenyangkan perut sebelum memulai jalur Natal – Sibolga, karena kita akan jarang menemui warung nasi apalagi yang representative.
  2. Isi BBM full sejak dari Natal sebelum memulai  perjalanan.
  3. Pelankan kendaraan saat memasuki desa karena banyak ternak yang berkeliaran di jalan aspal.
  4. Mulailah perjalanan sepagi mungkin , selain medan menantang sayang sekali kalau melewatinya saat gelap karena pemandangannya indah dan unik sekali

Setelah melewati jalur pantai selanjutnya kita akan bertemu gapura memasuki kabupaten Tapanuli Selatan,  dari sini jalurnya tetap amazing dan pemandangannya luar biasa karena berupa jalan baru yang mulus, tanjakan dan turunan yang  panjang dengan view yang cukup terbuka di kiri-kanannya, sehingga kita dapat melihat pemandangan yang tanpa batas , gundukan bukit-bukit, tebing-tebing..kadang ada air terjun kecil, dan rawa-rawa yang luas dan dihuni buaya...ahh, sulit saya menggambarkannya, pokoknya kalian kalau riding Sumatra harus lewat  kesana

Yang jelas di jalur ini sangat sepi dan tidak ada rumah penduduk…jadi saat melewati jalur ini kita merasa asing, jeri sekaligus antusias melihat kiri-kanan...setelah lama melewati bukit-bukit, kita akan sampai ke dataran dengan rawa-rawa yang santgaaat luas….bertemu air terjun Simatutung di kanan jalan, dan klimaksnya bertemu dengan danau Siais yang masih perawan….indah sekali, kawan…

 

Selamat datang di Tapanuli Selatan

Jalur setelah masuk perbatasan Mandailing Natal -Tapanuli Selatan

Jalur setelah masuk perbatasan Mandailing Natal -Tapanuli Selatan

Jalur ini keren sekali , gaes

Air terjun Simatutung di kanan jalan

Air terjun di pinggir jalan aspal ..keren ya

Menuju danau

Dalam siang yangterik dan sepi , terselip kengerian...peringatan "AWAS BUAYA"

Danau Siais yang masih perawan

Meyesap keindahannya sejenak
Danau Siais ini luass...

Mulai meninggalkan area danau
Bye...
Menuju Sibolga


Setelah melewati danau , jalan masih naik turun ,dengan tebing di kanan..tebing jurang di kiri..atau sebaliknya , mendekati Sibolga kita akan mulai melewati jalan rusak dan memasuki perkebunan karet PTPN III Hapesong yang cukup luas , jalan masih terus rusak sampai kita masuk ke Batang Toru, disini terdapat  perkebunan PTPN juga, dan yang menarik di sebelah kanan jalan tampak dari kejauhan sebuah bukit dengan tambang emas yang cukup besar.

Akhirnya kita akan melewati pantai di kiri jalan, mulai bertemu Indomart ( FYI di Sumatra barat dan prov. Aceh tidak terdapat Indo/Alfamart ya , Gan..), dan tidak berapa lama ,sekitar pukul 15.30 kami memasuki kota Sibolga.

 

Sekonyong-konyong jalan mulus berubah begini..hehe..

Jalan seperti ini panjang juga,sekitar 20km lah.. sampai Batang Toru

Perkebunan karet

Perkebunan karetnya luas lho..
Anak-anak menumpang truk, mau pulang habis main katanya...

Perkebunan Hapesong masuk kecamatan Batang Toru

Milik PTPN

Penunjuk jalan di Batang Toru

Meninggalkan Batang  Toru menuju Sibolga

Pantai..pertanda Sibolga so dekatt..

Pandan, Sudah masuk kab. Tapanuli Tengah

 
 Sibolga kota ikan, kota tepian laut

Kami berkeliling kota Sibolga yang merupakan kodya/kota madya, kota kecil di pinggir laut.. setelah melihat adanya rumah-rumah lama di pacinan, jajaran toko-tokonya, kami menyimpulkan Sibolga ini merupakan kota tua dengan sejarah perdagangan yang jaya di masa lalu , setelah kami membuka sejarah Sibolga di media daring ternyata dugaan kami tidak meleset…

Kami hanya berkeliling dan makan siang yang terlambat di Sibolga, membatalkan rencana semula  untuk stay dan vakansi menyebrang ke pulau , karena suasana Sibolga saat itu sangat crowded oleh turis-turis lokal yang memenuhi pantai-pantainya…

Pusat kota , ada pertokoan


Pantai yang ramai,masih libur tahun baru

Pukul 17.10 kami meninggalkan Sibolga..melewati pinggiran Singkil…jalannya sempit, naik turun dan berkelok-kelok tajam melewati desa-desa sepi yang  gelap dan perkebunan sawit yang cukup panjang…sempat kehujanan pula, yang jelas kami tidak dapat berhenti karena tidak ada penginapan ,untuk makanpun sulit karena sudah malam dan tidak ada kota..lupakan membuka tenda ,kami memilih untuk jalan terus. Disini kami sempat berdebat karena sama -sama lelah dan terutama kelaparan.., betul sekali jargon iklan yang mengatakan " Lo rese kalo lapar "...heheheh

Sekitar pukul 22.30 kami sampai di Subulusalam di  provinsi Aceh,  barulah kami  dapat makan malam untuk mengisi perut yang sudah menjerit-jerit..

Subulusalam, th 2018  kami melewatinya saat sore, kemarin itu kami masuk kota sudah hampir tengah malam  dan saya feel amazing gitu..karena entah karena week end yang jelas suasana kota saat itu cukup hidup dan ramai, masih banyak tempat makan yang buka dengan para muda mudi yang hang out…,wow..

Setelah makan , kami berfikir sayang kalau menginap di hotel karena saat itu sudah lewat tengah malam sementara paginya kami akan melanjutkan perjalanan, sehingga kami memutuskan istirahat di teras samping musholla SPBU di kota Subulusalam…,hahahah…ngirit atulahhhh

Tips menginap di SPBU : memakai sleeping bag, jadi saat kita tidur tas berisi barang berharga kita masukan sekalian dalam sleeping bag ,tutup resleting sampai hidung, aman...dan anda akan tampak seperti kepompong raksasa...

 

Meninggalkan Sibolga

Meninggalkan Sibolga
Meninggalkan Sibolga

Menuju Singkil
Teras samping Mesjid SPBU tempat kami menginap

Pom Bensin kota Subulusalam tempat kami menginap


3-4 Januari 2021 Subulusallam – Banda Aceh

3  Januari 2021 setelah mandi di SPBU yang kebetulan toiletnya airnya berlimpah, kami sarapan seadanya dan melanjutkan perjalanan  panjang ke Banda Aceh.

Cuaca cerah dan panas, jalannya relatif lurus, sepi dan mulus, tetapi saat akan memasuki kab. Tapak Tuan kita akan melewati bukit dengan jalur naik yang meliuk-liuk, pemandangan laut di sisi kiri kita dan banyak monyet di pinggir jalannya.

Tapak  Tuan kami lewati sambil sedikit bernostalgia dimana th 2018 kami sampai di kota malam-malam dalam kondisi basah kehujanan dan lelah karena riding dari Samosir.

Di Blang Pidie kita makan siang dan ‘ngupi’ di warung dekat pasar, masakannya khas Aceh yang spicy alias kaya rempah, kupinya juga cukup nendang...(di Aceh kopi itu ‘kupi’, ngopi pun menjadi ‘Ngupi’) 

Setelah perut terisi dan ditutup dengan kafein maka pikiranpun lebih jernih, kami melanjutkan perjalanan ke Meulaboh…yang mana pemandangan masih didominasi pantai di sisi kiri dengan ciri khas pohon-pohon cemara di pantainya ..pokoknya ciri-ciri pantai sisi barat Sumatra adalah pohon-pohon cemara, buktikan saja…

Anjuran saya kalau teman-teman akan riding jalur Meulaboh menuju Banda Aceh , aturlah itinerary supaya melewatinya sebelum malam...karena selain pemandangannya sangat indah , jalurnya juga cukup memerlukan kewaspadaan para pengendara, apalagi saat mendekati Banda Aceh; kita akan naik ke bukit dengan jalan yang sempit, tanjakan turunan tajam dan tebing curam dan banyak truk besar…kemarin kami melewatinya saat hari sudah gelap, lelah dan kebelet pipis pula…

Sekitar pukul 22.00 lebih kami sampai di Banda Aceh dan langsung menuju pusat kota, kami memutuskan beristirahat total satu hari di Banda Aceh sekaligus melaundry pakaian kotor yang sudah menumpuk.

Meninggalkan Subulusalam

Menuju Tapak Tuan

Jalur Perkebunan Sawit yang sepi...

Banyak tanjakan & turunan panjang

Jalannya mulus
  
Banda Aceh masih jauh

Enaknya riding di jalur mulus lurus dan sepi begini ya...

Trumon


Cagar Alam Trumon,eh.. ketemu gajah( tampak bokongnya doank..)

Pantai dengan cemaranya yang khas...


Meninggalkan Tapak Tuan

 Doi tepar , ngantuk  berat sebelum masuk Banda Aceh


5  Januari 2021 Banda Aceh – Sabang

Kami menyebrang ke Sabang sekitar pukul 10 ( jadwal feri pertama sekitar pukul.8.00) , pembelian tiket masih manual seperti tahun 2018, jadi kita membeli tiket kemudian mengantrikan motor. Harga tiket Rp.34.600 untuk kendaraan gol.2, dan @Rp.28.800 untuk penumpang.

Pukul 14.00 sampailah  di titik nol Indonesia…yeay..!

Kami bertemu  dan berbincang dengan 2 bikepacker yang memulai perjalanan dari titik nol Yogyakarta yaitu Rafly dari Cimahi & Maia Lan dari Spanyol, ternyata banyak berita tentang mereka di media, wohh…kami kurang update

Dari titik nol kami mengelilingi Sabang dan saya baru tahu ada pemandian mata air panas di Sabang, hemm…ada air panas berarti ada volcano…dan tidak jauh dari sana ada jalan sempit menanjak dengan tanda petunjuk arah “ Gunung Api “…whoaaaa….ada gunung api di Sabang rupanya….


Nunggu sunset yang gagal karena hujan di Lhok Nga

Sampai di pelabuhan Ulee Lheue, langsung mengantrikan kendaraan

Beli tiket fery di bedeng yang ada terpal biru itu..

Sampai di Sabang

Sampai lagi di sini deh..

Panas dan masih ada satpam bergaya kapten Vijay dengan kacamata hitamnya...
Sepeda duo bikepacker dari titik nol Yogya

Eh, ada kue Putu di Sabang, penjualnya perantau dari Cilacap...

6  Januari 2021 Sabang-Takengon ( 314 km )

Pukul 6.00 sudah menuju Pelabuhan Sabang, membeli tiket dan mengantrikan kendaraan . Sambil menunggu kami makan nasi bungkus dari pedagang keliling @10k dan isinya nasi secuil dan lauk secuil, jadi total 2 cuil doank..hahhaahaa..

Penyabrangan kali ini kapalnya cukup cepat sehingga pukul 10 kami sudah di jalanan Banda Aceh dan langsung menuju Takengon melalui jalur Timur Sumatra  atau jalan lintas Sumatra Medan-banda Aceh, melewati Sigli dan sampai di sekitar Bireuen kita belok kanan ke arah Takengon.

Jalur lintas Sumatra Medan-Banda Aceh saat itu cukup sepi dan panassss…jalannya mulus dan relatif lurus, saat belok ke Takengon barulah kita melewati jalur pegunungan berkelok-kelok yang sepi…ada jalur-jalur tapal kuda dan pemandangan didominasi kebun pinang yang berjajar rapi…jadi ingat lagu jadul yang ada pantunnya  :

“ tanam pinang rapat-rapat…agar puyuh tak dapat lari.. kupinang-pinang tak dapat-dapat.. kurayu-rayu kubawa bernyanyi..”😆

Kami sampai di Takengon hampir magrib, kota yang relatif dingin dengan danau Takengon merupakan jantung kotanya…kami menyusuri jalanan di pinggir danau Takengon mencari tempat nenda karena sejak dari Lembang saya membayangkan betapa indahnya menatap danau di pagi hari dari dalam tenda…tetapi rencana muluk itu musnah karena sepanjang pinggir danau lahannya sudah diprivatisasi…, memang terdapat camping ground  tetapi itupun dipagar dan di gembok…sudah terlalu lelah untuk berkeliling akhirnya kami memilih menginap di penginapan sajalah…hick..

Pelabuhan Sabang, pukul 6.30 masih gelap ...

 

Baru keluar Banda Aceh ketemu gulai kambing seperti ini ..makan lagi deh...

Di jalur timur Aceh-Medan ada petunjuk: Lampung 2100km..hahaha, bikin desperate aja..

Yang begini penting sekali untuk menyangga kelopak mata pada jam-jam bobo siang..#kupi


Jalur Bireun -Takengon

Jalur Bireun -Takengon

Aslinya so pasti lebih indah dari sekedar jepretan amatir saya

Jalur berkelok

Sepi dan pepohonan di kanan-kiri..

freshh...

Ah, tikungan seperti ini aga menegangkan kalo bawa motor bongsor

Sudah ada desa

Mereka menanti ada yang kasih jajan...bukan uang jajan ya...

Mulai berkabut dan naik ke ketinggian

Sampai di Takengon


7  Januari 2021 Takengon-Kutacane ( 239 km )

Saran saya untuk jalur ini adalah mulailah perjalanan sepagi mungkin…

Jalur ini hanya sekitar 239km, tetapi karena jalurnya melewati pegunungan dan hutan yang masih lebat dengan jalur yang nauk turun meliuk-liuk, maka membutuhkan waktu yang relatif lebih lama, lagipula banyak spot indah yang layak dinikmati dan memanjakan mata, jadi untuk apa ngebut-ngebut?

Kami memulai perjalanan pukul 11 lebih, sangat kesiangan…karena selain mencari biji kopi Gayo mentah untuk dibawa ke Bandung, kami  terlalu lama berbincang sambil ‘ngupi’ dengan kenalan saat sarapan + ngopi di warung nasi, hehehe..obrolan warung kopi memang bikin lupa waktu..

 

Alun-alun Takengon

Ahhhh..so terik

But the lake look awesome

this beauty...

bye ....Takengon
 

Jalur Takengon – Blangkajeren,siapkan mata anda, kawan…jalurnya membelah pegunungan dan hutan yang masih lebat..udaranya segar dengan sungai dan mata air disana-sini.., jurang dan tebing-tebingnya juga amazing …beruntung kami melewatinya saat siang dengan cuaca yang cerah sehingga puas mata kami menikmati pemandangan ; menyerapnya seperti spons dan memerasnya sebagai kenangan di kemudian hari...

Kami masuk ke Blang Kajeren pukul 15.45. karena belum lunch, kami makan bakso ‘Malang’ yang rasanya mengecewakan tetapi taripnya cukup mahal, apakah kami menjadi korban pukul tarip?..ah, sudahlah...Tapi memang selama di Sumatra meski kami makan di warung-warung biasa rata-rata uang yang kami keluarkan untuk makan berdua itu selembar 100 rb-aan dan menerima kembalian berupa remahana-remahan...hehehe

Saat melanjutkan perjalanan ke Kutacane mulailah kami diguyur hujan yang tidak terlalu deras tetapi tidak kunjung berhenti, jalur masih naik turun meliuk meski tidak seekstrim sebelumnya, saya agak was-was longsor karena tebing di sisi kiri tampak rawan longsor  demikian juga jurang di sisi kanan…Berikutnya jalur merupakan jalan mengikuti aliran sungai besar ( Sungai Alas ) di kanan jalan yang kabarnya mengandung bijih emas, air mengalir dari sisi kiri dengan deras…suasananya sepi , suram dan gelap…ah, akibat berangkat kesiangan ini mah jadi selalu bertemu jalan gelap

Akhirnya hampir Isya kami sampai di Kotacane, kota kecil dengan tarip penginapan yang aduhai, tetapi kami tidak ada pilihan lain…, hicks

 

Meninggalkan Takengon

Langsung masuk jalur hutan


Pesawahan di Takengon

Petunjuk arah Blang Kajereun -Kutacane

the sky...

Jalur ini menyenangkan tapi  ngeri-ngeri sedap karena banyak tikungan tajam

Hutannya masih lebat , gaes...kita akan masuk pegunungan ituuu..

Hutan pinus

View dari hutan pinus

Jalan semi amblas

Banyak jalur amblas/longsor

Sepi..

Mata air di kanan jalan, ayooo....pipisss (tidak ada WC sampai Blang kajereun )

Pegunungan yang kita lalui tadi...

So..jangan lewat sini malam ya, view nya sayang untuk dilewatkan

Namanya jalur pegunungan, kita mlipir di kiri jurang di kanan tebing...



Pegunungan yang kita lewati tadi

Hutannya masih rapat..


Longsoran gini sudah biasa..

Jalan amblas yang sudah dibenahi

Jalur hutannya panjang  & masih lebat , so jangan lewat sini malam-malam ya...

Tampak ada pemukiman di lembah sana...

Nah..di bawah sana adalah Blang Kajereun

Blang Kajereun

Kotanya Blang Kajereun


Mulai kehujanan, gerimis syahdu...

8 Januari 2021 Kutacane –Sidikalang - Parapat ( 262 km )

Kutacane ke Parapat sebetulnya lebih dekat apabila lewat Kabanjahe, tetapi karena suami ingin mencari kopi maka kami memilih rute Sidikalang .

Kami memulai perjalanan pukul 10.00, sepagi itu Kutacane sudah cukup terik, tidak berapa lama nuansa batak mulai terasa dengan adanya gereja dan nama desa khas batak seperti Lewi Sigala-gala, dan tidak sampai 1 jam kami sampai di gapura perbatasan Sumatra Utara , yaitu memasuki kabupaten Tanah Karo.

Jalur Tanah Karo menuju Sidikalang merupakan jalan aspal yang relatif mulus dengan pemandangan didomnasi ladang ladang jagung yang cukup luas, sampai berbukit-bukit saking luasnya…demikian juga saat masuk Sidikalang, jalannya aspal yang relatif mulus dan masih ‘dimanjakan’ cuaca yang panas dan terang benderang.

Setelah meninggalkan Sidikalang , melewati Seribu Dolok dengan kebun-kebun jeruk yang tampak sudah matang-matang tapi belum dipanen, gemesh ingin metik apalagi kalau ingat di Riau Junction harganya 40k/kg.., hehe

Saat  menuju Parapat  jalur mulai masuk pegunungan dan hutan yang sepi. Kami kehujanan dan berteduh di kawasan tepi danau Toba yang saat itu masih sekitar pukul 15 tetapi sudah sangat berkabut. Awalnya kami berharap tiba di Parapat masih sore, sayangnya perjalanan terhambat karena jalan ditutup akibat adanya truk terperosok ke jurang yang sedang ditarik alat berat, sehingga satu jam lebih waktu terbuang untuk berhenti dan ( mau tak mau ) menonton proses evakuasi.

Selanjutnya jalan berkelok-kelok pinggir hutan yang sepi dan sudah mulai gelap. Sesaat setelah melewati pertigaan jalur  lintas Sumatra, lalu lintas mulai ramai dan jalur dengan jalan lubang-lubang parah dan berdebupun dimulai…menyebalkan.

Tahun 2018 kami ke Toba & Samosir via Tele, jadi kemarin itu pertama kalinya  ke Parapat dan saya kaget dengan kondisi Parapat dan tepian danau Toba yang tidak sesuai espektasi ; awalnya saya membayangkan suasana asri dan jalan seperti Legian atau Seminyak Bali….

Parapat tepian danau Toba ini suasananya gelap, trotoar jelek, hotel-hotel yang suram dan sepi, saya sampai bingung dan tidak nyaman dengan suasana gelapnya , kami berputar-putar sampai berapa kali melewati pelabuhan Parapat. Kondisi sudah malam juga menyulitkan mencari jalan, beruntung kami menemukan hotel yang masih relatif baru , cukup terang , harga terjangkau, & menyediakan breakfast sehingga kami tidak usah repot-repot mencari makan, ohya..Hotel Tamaro namaya …

Sebetulnya saat di Bandung saya membayangkan asyiknya kemping di pinggir danau Toba , tetapi karena sudah malam sangat tidak memungkinkan mencari-cari camping ground apalagi suasana gelap-gelap temaram dan bayangan jalan yang tidak sesuai kenyataan..ah, seharusnya Parapat lebih bagus dari itu..karena danau Toba itu indah dan istimewa sekali …

 

Meninggalkan Kutacane

Sebentar lagi desa Lewi Sigala-gala, disana sudah mulai terasa suasana Batak

Tidak sampai 1 jam dari Kota Cane, masuk Prov.Sumatra Utara

Ladang jagung

Longsoran

Selama trip banyak sekali longsor, tetapi karena jalannya sepi jadi tidak viral, hehe




Kota Sidikalang

Nampang bentar ,ah..

Dialihkan ke jalan desa karena ada longsor

Entah dimana ini , yg penting ngekor kendaraan di depan aja bang, jangan sampai lolos..!


Keluar Sidikalang ke arah Parapat , mulai berkabut...

Kebun jeruk medan, sudah matang-matang..bikin gemmesss...

Stuck 1.5 jam disini...evakuasi truk

Akhirnya , Danau Toba yang tampak misty...

9 Januari 2021 Parapat – Lubuk Sikaping ( 416 km )

Rute kali ini targetnya ‘sesampainya dan secapeknya’…;  memulai perjalana sekitar pukul 9.00, cuaca bersahabat dan langsung masuk Porsea, Balige kemudian Siborong-Borong , Tarutung dan sampai di Sipirok. Saat melewati Porsea dan Siborong-borong saya melihat guguk panggang digantung di pinggir jalan, hadeuh..saya jadi terbayang-banyang terus mimik muka si guguk itu...

Di Sipirok kami makan siang dan menemukan rumah makan yang lumayan enak di pusat keramaian Sipirok, namanya Wartek alias Warung Tekongan karena letaknya di tikungan, masakannya variatif dan saya bahagia karena menemukan menu sop disini...

Dari Sipirok kami lanjut Padang Sidimpuan dengan becak motornya yang beda karena memakai vespa, kami lewat Panyabungan yang merupakan ibukota Kab. Mandailing Natal, kemudian kami lewat Gapura batas masuk ke Sumatra Barat saat sudah gelap, melewati Rao dan kehujanan sampai Lubuk Sikaping.


Danau Toba di dekat pelabuhan Parapat

Danau Toba di dekat pelabuhan Parapat

Melewati Porsea, menuju Balige

Pasar Balige


Tarutung..bukit di depan itu tempat wisata rohani Salib Kasih

Menuju Sipirok , jalan mulai tidak mulus lagi


Warung makan enak di Sipirok

Masuk Padang Sidempuan
Padang Sidempuan, ciri khasnya Bentornya pakai vespa

Mandailing Natal,kota Panyabungan

Sampai SPBU Lubuk Sikaping

10 Januari 2021 Lubuk Sikaping – Bukittinggi -Singarak-Solok -Padang

Sebetulnya kami tidak berencana ke Padang lagi , setapi setelah bermacet-macet di Bukitingi, melewati danau Singarak , dan kami sampai di Solok, saat itu kecepatan kami hanya sekitar 40km/jam tetapi sekonyong-konyong  wanita pengendara motor matik depan kami berhenti mendadak sehingga suami mengerem dan jalan licin karena basah setelah hujan , maka ,” Brukkkk”….kami terhempas ke aspal, jatuh ke sisi kanan dan tertimpa motor…oh my God…

Beruntung di belakang kami tidak ada kendaraan dan kami memakai pakainan dan celana 3 lapis sehingga kulit kami terlindung dan luka-lukanya tidak terlalu parah, tetapi badan sisi kanan memar dan rusuk kanan lumayan sakit karena yang jatuh ke aspal terlebih dahulu adalah  sisi kanan badan, baru kepala…

Setelah mengobati luka-luka, thanks God motor masih dapat jalan tetapi lecet-lecet mah sudah pasti ya…kami menunda tujuan ke Painan dan memilih beristirahat di Padang untuk memulihkan kondisi.

Kami mengobati dan menutup luka dengan plester, untuk meringankan sakit badan kami meminum obat penahan sakit . Kami sangat bersyukur kecelakaan tidak terlalu fatal tetapi tentu kami melakukan evaluasi,kami tidak dapat mengkoreksi eksternal untuk tidak berhenti mendadak dan seenaknya di jalan raya ya, jadi kami koreksi diri saja;  salah satu tindakan perbaikan yang kami lakukan adalah mengirim/memaketkan tenda yang useless dan sebagian perlengkapan dan baju ke Bandung sehingga motor tidak terlalu berat ( berkurang 20 kg )

Anda melintasi equator, sponsor by BRI..hehe

Bermacet-macet keluar Bukittinggi menuju Singkarak

Danau Singkarak

Danau Singkarak

Danau Singkarak

Danau Singkarak

Lecet sedikit, tapi kalau bersin atau ketawa sambil pegang dada kanan spt Jendral Soedirman.hehe, sakit rusuknya
  

11 Januari 2021 Padang – Muko-muko ( 330 km )

Setelah sarapan, kirim paket sebagian barang bawaan, dll..maka lewat pukul 11 kami baru start meninggalkan Padang . Kami mengambil jalan lintas barat Sumatra, menuju Painan, Tapan, Muko-Muko.

Sampai Painan pukul 13.00, kami tergoda dengan penjual duren di pinggir sungai ; 3 buah duren legit ukuran sedang kami bayar 70k, murah menurut kami tetapi saat kami berbincang dengan kenalan di Muko-muko informasinya kita bisa mendapat harga lebih murah…ahahaha..sudahlah,70rb saja kami sudah bahagia..

Meninggalkan kota Painan , kami masuk daerah pantai di kanan jalan,kemudian turun hujan yang sangat deras sehingga kami memilih menepi karena jarak pandang terbatas. Hampir 1 jam kami menunggu hujan , setelah agak reda kami melanjutkan perjalanan dan tidak berapa lama turun lagi hujan deras tetapi kami memilih terus .

Kami  sempat mengalami kejadian menegangkan karena saaat hujan deras  air laut di kanan jalan bergejolak, di kiri juga sungai sangat deras, ada rumah-rumah yang pekarangannya sudah terendam, wih..saya kuatir jembatan putus… 

Kemudian saat jalan menaiki bukit kecil dimana kanan tebing dan langsung ke laut..di kiri atas tebing hutan yang mengalirkan air terjun-air terjun dadakan berwarna coklat yang mengalir deras ke aspal dan terus turun ke laut lewat tebing di kanan kami itu, waduuh…banyak kendaraan termasuk mobil-mobilpun berhenti karena takut menerjang arus air tsb,  mungkin takut arusnya deras dan kendaraan terseret dan ikut terjun ke laut… tetapi suami memilih memacu kendaraan karena kami malah kuatir kalau menunggu malah situasi bertambah buruk…( menegangkan seperti itu saya tidak berani mengeluarkan kamera/HP…saya cuma berpegangan erat ke suami saya..hehe)....alhamdulillah , ternyata arusnya masih dapat ditembus, dan saya lihat ke belakang ada kendaraan-kendaraan yang mengikuti kami...woh, jadi motor kami itu seperti proyek ujicoba ya..

Tidak lama kemudian kami masuk dataran dan jalan aspal relatif mulus meski situasi tetap mendung yang suram…dan kami seperti riding di bawah shower karena berikutnya hujan terus mengiringi kami sampai kami makan depan polsek Tapan dan sampai di Muko-muko sekitar pukul 21.00.

Saat di Tapan kami sempat berbincang-bincang dengan anggota kepolisian polsek Tapan yang menyapa kami , dan memberi informasi jalur yang akan kami lalui, yaitu jalur kebun sawit  yang sepi tetapi relatif aman dari longsor  dan tidak usah risau kriminalitas, sehingga meski kami melaluinya malam-malam saat hujan kami merasa aman-aman saja.

Ada sungai dengan penjual duren di pinggirnya

Hmm...

3  buah duren harga 70k

Hujan gini anak-anak happy hujan-hujanan, manula spt kita mah berteduh sambil minum tolak angin...

Sempat bahagia karena hujan mulai reda..langit tidak terlalu kelam

Tetapi tak lama kemudian hujan lagi sampai Muko-Muko

 

12 Januari 2021 Muko-muko-Bengkulu ( 264 km )

Berangkat dari Muko-muko pukul 10.00 pagi, melewati jalur pantai di kanan jalan dan saat memasuki  Ketahun ternyata jalannya tetap sama dengan th 2018 yaitu berupa jalan aspal berlubang.

Dengan kebun sawit terkadang kebun karet di kanan-kiri jalan, kami melaju dengan santai dan menikmati langit yang cerah. Kami tiba di Bengkulu pukul 17-an dan langsung menuju pantai Panjang untuk duduk-duduk menikmati sunset.

 

Muko-muko

Cerah..

Pantai di sisi kanan..

Pantai terus di sisi kanan

Membelah perkebunan Sawit

Masih Sawit

Ketahun, masih seperti dulu, jalannya butut...hehe

Masih jalan lubang -lubang di jalur Ketahun



Hati-hati..lubang

Bengkulu,langsung duduk-duduk di pantai Panjang, di Lembang mah tidak ada yang seperti inih...

13 Januari 2021 Bengkulu –Krui (329 km )

Jalur lintas barat Sumatra  ini memang lebih panjang dari jalur timur, tetapi  kami lebih memilih jalur ini  karena jalannya mulus dan sepi, banyak pemandangan pantai sehingga tidak membosankan dan yang terpenting hanya sedikit truk-truk besar yang melintas di sini..; saya ingat waktu th 2018 lewat jalur timur  yang seringkali bergelombang suami saya menyalip lebih dari 10 truk monster yang berjalan beriringan , sementara saya sebagai boncenger hanya dapat menahan perasaan…

Kami start pukul 9.30, hari itu kami diberkahi dengan cuaca cerah sepanjang jalan sampai di Bandar Lampung. Jalan aspalnya mulus, kadang kami berhenti menikmati laut di kanan jalan. Perjalanan lancar dan kami tiba di Krui sebelum magrib.

Kami tidak melanjutkan ke Bandar Lampung karena selain badan masih agak sakit akibat jatuh, jalur Krui – Bandar Lampung kita akan melewati jalur hutan lindung yang agak panjang  selain itu ada satu ruas yang agak rawan sehingga kami memilih isirahat saja.

Daerah Kaur

Nyasar ke pelelangan ikan...

Anehnya , pegawainya tidak tahu kenapa namanya penginapan Jokowi


14 Januari 2021 Krui –Bandar Lampung (244 km)

Memulai perjalanan agak santai, cuaca cerah ( baca : terik…hehe ), jalanan mulus, perjalanan kami lancar dan sampai di Bandar Lampung masih sore..

Apabila kami melanjutkan perjalanan ke pelabuhan Bakau Heuni maka lepas magrib kami sudah di atas fery penyebrangan , tetapi PR kami dari Merak ke Lembang masih cukup panjang, dulu kami pernah langsung  menyebrang seperti itu dan kami tepar di SPBU Cianjur, pernah juga tepar di SPBU Karawang…sehingga mengambil pelajaran dari kejadian tepar-tepar tsb, kami memilih santai sejenak di Bandar Lampung dan keesokan harinya langsung riding  direk Bandar Lampung ke Bandung;  kebetulan hotel-hotel di Bandar Lampung banyak pilihan dan harganya terjangkau. 

Pantai di Krui

Memandang tanpa batas..

15 Januari 2021 Bandar Lampung – Merak – Lembang via Serang –Jasinga-Bogor-Puncak

Berangkat dari Bandar Lampung pukul 8.00, setelah memesan tiket fery di aplikasi Ferizy, kami langsung masuk kapal yang paling siap berangkat . Penyebrangan ke Merak saat itu lancar dan cepat , kami sampai di Merak yang panas pukul 13.20.

Sampai Serang terus terang saya senewen dengan cara berkendara suami yang sepertinya merasa seolah-olah masih di jalanan daerah Sumatra; bawaannya di tengaaaaahhh..teruss..sementara kita sudah masuk kota dan akan melintas Jakarta…hadeuh

Akhirnya demi keamanan, dari Serang saya memilih jalur desa saja yaitu lewat Jasinga...pilihan tepat karena jalurnya sepi  dan aspalnya mulus ,meski jalannya naik turun tetapi tidak terlalu ekstrim.

Kami istirahat makan di Leuwiliang Bogor sekitar magrib dan lanjut masuk Bogor , kemudian melewati kawasan Puncak  yang sepi meskipun saat itu week end tetapi karena baru diberlakukan lagi PSBB di masa pandemi ini sehingga tidak ada hambatan lalu lintas sampai kami tiba di rumah kami di Lembang sekitar pukul 23.00…

Alhamdulillah….meski mengalami dua kali kejadian kurang mengenakkan selama trip,  kami dapat sampai rumah dengan selamat…Tentunya banyak yang harus kami evaluasi dari perjalanan kali ini , untuk menjadi perbaikan di trip selanjutnya, satu pelajaran yang penting adalah barang bawaan yang berat dimana sebagian merupakan perlengkapan mendaki gunung, …hahaha…maksud hati menggabungkan dua hobby tetapi malah jadi repot sendiri…

Setelah membawa Versys jalan-jalan jauh, kesimpulannya lupakan motor-motor bongsor apalagi Versys 650cc..terlalu berat untuk kami, gaesss...; sementara kami sering jalan sendiri dan cenderung blusukan, jelas tugas berat buat suami saya membawa Versys( dan bonceng saya ) kemarin...

Demikian cerita saya kali ini…semoga Alloh SWT senantiasa memberikan kesehatan dan kelancaran rezeki pada kita semua, amiin

SEKIAN

 

6 komentar:

  1. The best roadtrip...muuaannntaappsss! Btw salam buat akangnya top adventure rider deh, teteh juga top adventure boncenger :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahahah...nekat rider n rese boncenger tepatnya...Makasih sudah mampir mas, semoga bermanfaat

      Hapus
  2. Nice kaka, berani juga menembus lintas barat Sumatera

    BalasHapus
    Balasan
    1. wahhh..jalur barat terutama Natal -Sibolga kereennn sekali...pemandangannya Masya Alloh..., pokoke yg riding ke Sumatra sayang banget kalo ga lewat jalur tsb
      Terima kasih sudah mampir mas/mba

      Hapus
  3. Mantabs cerita touringnya teh..saya berasa ikut touring jg..😊
    Jd inget touring jkt-sabang 2017 via jalur tengah sumatra lampung, sibolga, pakkat, sabulussalam lanjut jalur barat.
    Kita tunggu cerita n pengalaman touring selanjutnya. Pokoknya tetap semangat n jaga kesehatan teh..🙏

    BalasHapus
    Balasan
    1. halloo masss...salam sehat ya, trimakasih sudah mampiirrr....

      Hapus