Rabu, 04 September 2019

TOURING MOTOR FLORES-SUMBA-TIMOR (PART 1 )

TOURING MOTOR FLORES - SUMBA - TIMOR 
Menyusuri Savana Sumba, Memutari Sabu Raijua Dan Sampai 
Di Perbatasan Atambua  ( Part 1 )


Kereta api Mutiara Selatan sampai tepat waktu di Stasiun Gubeng Surabaya, sehari sebelumnya saya berangkat dari stasiun Bandung untuk bergabung dengan suami yang sudah lebih dulu sampai di Surabaya dengan mengendarai Yamaha X-max setelah sebelumnya dia mengikuti acara gathering kaskus OANC di Yogyakarta. Suami saya tiba beriringan dengan motor temannya dan kami re-packing di parkiran , sebagian barang kami titipkan di Surabaya
 
10 Juli 2019 pk.7.29 kami sudah siap cus memulai perjalanan ke timur, Sumba adalah target utama kami.
 

Siap-siap start dari parkiran Stasiun Gubeng - Surabaya
 
Pk .8,26 kami sarapan di Soto Lamongan Cak Har , favorit suami dan saya kagum sangat ada restoran soto sebesar itu, selain itu ada beberapa eksekutif muda yang sambil menikmati soto  buka laptop menikmati wifi juga, keren kan.?.biasanya pemandangan seperti itu tampak di kedai-kedai kopi..Btw sotonya kuahnya enak sih dan ayamnya ayam kampung, saat memesan kami ditanya ingin ayam bagian mana , dada , paha dst. 2 porsi soto ayam dengan nasi dan 2 Es Teh kami membayar 64K. Kami tidak ingin berlama-lama dan pk.8.42 kami sudah melanjutkan perjalanan 

Soto Ayam Cak har
 
Perjalanan relatif lacar , tidak ada macet berarti, yang jelas panas terik dan saya mulai merasa tidak nyaman dengan kondisi belum mandi sejak berangkat kerja hari sebelumnya, ya tgl 9 Juli 2019 saya masih masuk kerja dan pulang kerja saya langsung ke stasiun tanpa mandi , akhirnya pukul 10.43 kami sampai di SPBU Grati Pasuruan dimana terdapat “ Toilet VIP “, kamar mandi dengan shower air panas dingin dan WC duduk yang bersih, bayar 10rb, worth it ,Gan…..

Toilet VIP - SPBU Grati
 

Assikk....bersih & ada shower air panas/dingin


Kami makan siang di Situbondo, 2 mie ayam, 1 bakso , 3 minuman, total 45K , nyantai  agak lama di tempayt makan dan saat memulai perjalanan ada bapak pengendara Honda dari Surabaya yang juga sedang menuju ke Denpasar menyapa , dan kami pun bersama-sama beriringan  sampai Denpasar.

Ruas jalan sekitar Baluran
 
Pukul 17.23 kami sudah sampai pelabuhan Ketapang dan langsung menuju dermaga yg di bagian dalam untuk naik fery Tongkang yang biasanya memang lebih cepat ,dengan tiket 48k yang dibayar non tunai untuk motor dan kami ber2 kami langsung naik ferry yang cukup nyaman dan ber AC, dan begitu ferry berangkat saya langsung tertidur dan bangun saat ferry merapat di Gilimanuk. 
Sesaat sebelum Denpasar kami berpisah dengan Bapak Pengendara Honda, makan malam sebentar dengan bebek goreng di kaki lima , berdua kami membayar 65K, dan langsung menuju Padang Bai untuk menyebrang ke Lombok malam itu  juga , pukul 23.59 setelah membayar tiket 258k untuk motor dan kami berdua, kami naik ke atas kapal fery dan alamak…kami mendapat ferry yg bututnya pake bangett.....lantai pertama hanya ada beberapa tempat duduk sehingga para penumpang lesehan dan tiduran di lantainya dengan alas seadanya, kamipun tidak dapat beristirahat maksimal.
11 Juli 2019 pukul 5.04 kapal  fery kami sampai di pelabuhan Lembar dan silahkan penumpang kecewa karena banyaknya antrian, kapal baru dapat merapat di pelabuhan Lembar pukul 8 lebih, dan kami langsung menuju Lombok Timur sambil tak lupa mencari SPBU yang toiletnya dapat mengakomodir kebutuhan MCK kami…

Sampai pelabuhan Lembar tapi tidak bisa langsung merapat

Pk. 9.07 kami mandi , ganti baju dll di SPBU Batujai
Makan pagi merangkap makan siang  dengan sayur bayam dan ayam goreng di warung “Murah” , lumayan kalap makan dan beli cemilan , kami menghabiskan 84K di warung tsb dan langsung cuss ke pelabuhan Kayangan untuk menyebrang ke Sumbawa. Sempat membeli nenas kecil - kecil yang sudah dikupas, beli 3 bayar 5K saja...

Warung 'Murah' yang tidak murahan dan tidak murah2 amat juga...


Menu rumahan yang bikin kalap...hehe
 
Nenas, 5 ribu 3

 
Pukul 13.04 setelah membeli tiket 55k untuk motor dan kami berdua, kami menaiki kapal fery menuju PotoTano dan sesaat sampai di atas fery kami ditawari kamar nakhoda , lumayan banget gannn…suami langsung tepar di bawah AC , cuaca saat itu memang cukup panas , berada di ruangan nyaman memang membuat perjalanan yang memang hanya sekitar  2 jam semakin tak terasa, 
Sampai Poto Tano kami tidak menunda-nunda perjalanan langsung menuju Dompu, sempat berhenti 2x yaitu membeli minuman di Indomart & istirahat di pinggir jalan sebelum Dompu.
 
View sekitar dermaga pelabuhan Kayangan
    
Kamar full AC, jangan tanya itu ember untuk apa, kami yo bingung kok...

Sumbawa, masih mulus aspalnya.....
                             
Banyak yang berubah sejak terakhir kami melewati Sumbawa pada akhir tahun 2016, yang jelas ada SPBU baru dan pertumbuhan Alfamart –Indomart di sepanjang jalan yang kami lalui. Kami sempat makan mie ayam di Sumbawa dan membayar 30K untuk kami berdua. FYI selama perjalanan yang namanya penjual bakso selalu ada, malah di Kupang bakso beranak saja sudah ada lho..., dan makan bakso selalu kami jadikan solusi kalau sudah bingung cari makan, karena rasanya pasti sama atau standar...karenaaaa...yang jualnya juga sama atau standar yaitu orang Jawa Timur,...Ma sha Alloh...luar biasa memang perantau-perantau dari Jawa ini.

Sekitar magrib kami sampai di pertigaan Dompu Calabai, dan sekitar 1-2  jam kemudian kami sampai di Dompu dan menginap di penginapan ‘Sahab’ dgn harga 175k/malam untuk kamar dengan fasilitas AC, lumayan lah untuk sekedar istirahat semalam. Sempat makan malam di warung ikan bakar dan membayar 40K.

12 Juli 2019 pukul.7.11 kami membeli sarapan di warung nasi dekat penginapan, 2 bungkus nasi dengan beberapa udang yang cukup besar semuanya 45k, dan setelah selesai packing kami langsung cus menuju Sape. Kota Bima kami lewati sambil mengenang peristiwa banjir bandang th 2016 , perjalanan sempat terhenti karenan ada iring-iringan jenazah; memang di daerah NTB dan NTT saya lihat kalau ada jenazah maka semua kendaraan menepi, dan sebelum pukul 11.siang kami sudah sampai di Sape dan menuju pelabuhannnya untuk mengecek penyebrangan ke Sumba. 

Sarapan di Dompu

Bima, kota tepian air
Memasuki Bima
  
Menepi, ada iring-iringan pengantar jenazah
 
Di pelabuhan Sape tampak 2 fery sandar, kami sempat celingak –celinguk depan loket dan tak lama ada petugas ASDP yang datang daaannnn… kekecewaanpun mendera…,perih, kawan..!
 
Saat tahun 2016 ada jadwal kapal penyebrangan Sape –Waikelo, dan sebelum berangkat saya mengecek website ASDP memang ada jadwal Sape – Waikelo hari apa jam berapa, demikian pula sebaliknya Waikelo – Sape jadwalnya hari apa jam berapa, sehingga saya sampai di Sape tgl 12 Juli itu sebetulnya sudah menyesuaikan jadwal yang semestinya hari itu sore/malam ada pemberangkatan kapal ke Waikelo. Ternyata…. sudah berbulan-bulan tidak ada penyebrangan dari Sape ke Waikelo/Sumba karena bla..bla..bla.. , sehingga konsumen yang ingin ke Sumba harus menyebrang dulu ke Flores yaitu ke Labuan Bajo dan menyebrang ke Sumba melalui Aimere ( paling dekat ) atau Ende..atau Larantuka dengan jadwal tertentu setiap Minggunya. 
Nah menurut informasi Bapak ASDP tsb, besok pagi ( Sabtu 13 Juli 2019) ada kapal ke Labuan Bajo dan jadwal kapal Aimere – Waingapu Sumba ada pada hari Selasa dan Jumat. Nahh…selamat datang ke tidak pastian….wkwkwk, ,memang setelah dievalusi transportasi laut di NTT sulit dipastikan karena selain jadwal yang harus kita pantau juga faktor cuaca yang memang diluar kuasa kita meskipuunnn…kami melakukan perjalanan bulan Juli yang cerah ceriah yang kami pikir adalah bulan yang relatif aman untuk penyebrangan laut ( karena mengambil pelajaran bulan Desember 2016 kami terjebak cuaca buruk di Sape juga sampai 4 hari )..olala…..akirnya kami memutuskan duduk-duduk di SPBU dekat pelabuhan untuk menjemur pakaian dan menyusun siasat….wkwkwkwk..
 
Jemur-Jemur di SPBU, seenaknya banget ya..cuma bentar aja udah langsung kering kok !
 
Ada 2 Fery parkir, yang menyala yg ke Labuan Bajo, sebelahnya , semestinya ke Waikelo...hicks
 
Kami duduk-duduk sambil mengobrol dengan bapak-ibu dari Banyuwangi yang membawa satu mobil colt bak berisi buah-buahan untuk dijual di Bajawa, mereka ketinggalan fery ke Labuan Bajo sehingga terpaksa menginap di SPBU .Ternyata bapak ibu itu sudah reguler membawa dan menjual buah-buahan dari Banyuwangi seperti saat itu mereka membawa buah naga, apokat dan jeruk, nanti setelah habis dari Bajawa maka bapak ibu itu akan membawa pisang kepok atau mangga untuk dibawa dan dijual di Banyuwangi. FYI Flores adalah penghasil pisang khususnya pisang kepok, dan mangganya Subhanalloh..manis-manis !
Kami sempat bertegur sapa dengan bapak pemilik SPBU yang masih ingat kami karena selain sebagai pemilik SPBU tsb bapak itu juga pemilik hotel De Aaussaf dimana th 2016 kami  menginap 4 malam disana dan malam itu kami menginap lagi di hotel De Aussaf yang hanya selemparan batu , atau istilah Wiro Sableng hanya seperminuman teh dari SPBU, dan uniknya kami mendapat posisi kamar dan harga yang sama dengan tahun 2016 yaitu 200k/malam..heeheheh..

13Juli 2019 pagi-pagi kami sudah menuju Pelabuhan untuk mengantri tiket dan harus cepat-cepat naik ke ferry agar kami mendapat tempat duduk, harga tiket 186k untuk motor kami dan @60k untuk penumpang. Setelah membeli bekal nasi bungkus dan minum untuk bekal, kami bergegas naik ke dalam kapal fery.
Kami selalu tak lupa membeli bekal untuk penyebrangan jarak jauh karena kelaparan di atas kapal itu menyiksa..heheheh...Kapal fery berangkat sekitar pukul 9 dan perjalanan relatif lancar dalam arti gelombang bersahabat dan kecepatan kapal juga lumayan sehingga pukul 16 –an kami sudah sandar di pelabuhan Labuan Bajo.
Kami sempat nongkrong makan bakso tidak jauh dari pelabuhan dan sempat keliling mencari tempat untuk mengatur strategi mau apa-apaan kita di hari berikutnya dan akan tidur di mana kami malam itu , sampai akhirnya tidak jauh dari pelabuhan ada bangunan baru dan ada logo yang dengan mudah dikenal, ya..kedai kopi Starbuck sudah buka di Labuan bajo sekitar bulan Mei 2019, dengan semangat kami masuk dan sejuknya AC langsung terasa menyegarkan begitu kami masuk, tak lama kami sudah duduk dan menyesap kopi panas yang membangunkan sel-sel otak kami, dan mulailah menyusun rencana...

Suasana dalam kapal Fery ke Labuan Bajo
 
Labuan Bajo yang ramai.....

Yeayy...ada Starbuck di Labuan Bajo

Terus terang kami kurang berminat stay di Labuan Bajo yang sudah sarat turis asing, demikian juga suami saya, kami mencari-cari informasi dan menemukan no whatsapp ASDP Aimere dan Waingapu , saya iseng-iseng mengirim pesan dan kemudian suami saya menelpon yang Alhamdulillah diangkat , pak Boby namanya, kami menanyakan jadwal kapal ke Waingapu Sumba Timur dan pak Boby mengatakan jadwalnya memang hari Selasa dan Jumat, tetapi karena ada muatan yang tidak terangkut pada hari Jumat , maka Minggu dinihari ada trip khusus Aimere –Waingapu...bravo..!!

Perjalanan Labuan Bajo –Aimere adalah sekitar 6 jam, saat itu sekitar pukul 18 , kami langsung menyudahi acara ngopi sore-sore..dan bergegas menyiapkan perjalanan untuk langsung menuju Aimere malam itu juga.
 
                                          

Malam itu kami menyusuri jalur trans Flores yang lumayan berkelok dan banyak tikungan tapal kuda, berbeda dengan tahun 2016 dimana jalanan mulus semulus pipi aktris dan aktor Korea,  saat itu kondisi jalan banyak yang bolong sehingga pak suami harus ekstra hati-hati, menyempatkan makan malam di Lombor dan pukul 20.40 kami sudah menuju Ruteng yang Masha Alloh..malam itu dinginnya menusuk tulang, suhu pada penunjuk motor menunjukan 14°C, saya sempat minta berhenti untuk memasang sarung tangan double karena tak tahan dinginnya. 
Kami sempat memakai toilet SPBU yang sudah tutup di Ruteng, tetapi pegawai-pegawainya yang kebetulan masih ada berbaik hati membuka rantai penutup SPBU dan kami sempat berbincang-bincang tentang suhu dingin di Ruteng dll, mereka ramah-ramah dan saya bersyukur sepanjang perjalanan kami sampai ke Sumba dan Timor kami selalu bertemu orang-orang yang baik dan helpfull, warga NTT sangat  ramah-ramah... meski suku dan agama kita berbeda, kita tetap bersaudara, bukan?...saudara karena sama-sama NKRI ,saudara karena sama-sama warga dunia...
 
Ruteng, berhenti dulu pasang sarung tangan double, dingin Gann.....
 
Pukul 23.37 saya sudah merebahkan diri di kegelapan ruang tunggu di Pelabuhan Aimere, pelabuhan kecil di kecamatan Aimere kabupaten Ngada, sekitar 1 jam sebelum Bajawa. 
Ada yang lucu, saat kami masuk pelabuhan Aimere suasana sepi dan gelap, kami masuk ke ruang tunggu dan kami saling bicara tanpa menyadari ternyata di sana banyak calon-calon penumpang yang tertidur dalam gelap, kami baru ngeuh setelah saya menyalakan head lamp, olala…,ternyata di lantai dan di kursi banyak yang sedang tidur dan beberapa terbangun karena kehadiran kami. 
Kami sempat berbincang ternyata mereka calon penumpang yang tidak kebagian masuk ke fery waktu hari Jumat , karena mereka membawa beberapa truk pisang untuk dibawa ke Sumba, jadi mereka sudah menginap di pelabuhan 2 hari. Saya sudah sangat mengantuk dan langsung tidur di kursi ruang tunggu dan nyamuk-nyamuk nakal yang gigit-gigit bagian kulit yang terbuka tidak saya hiraukan , tau-tau paginya tampak bintik-bintik merah…hadeuh
Tidur di kegelapan ruang tunggu pelabuhan Aimere
 
14 Juli 2019 sekitar pukul 4 dinihari ada sedikit kegaduhan yang membuat saya terbangun, Alhamdulillah ternyata fery sudah merapat dan petugas ASDP tiba untuk membuka loket. 
Saat itu kami membayar tiket 400k lebih untuk motor dan kami berdua, kami bergegas membeli makan di RM Padang yang baru buka dan menumpang ke toiletnya, pukul 5 kami sudah mengantri dan ternyata ada 2 pengendara Vespa dari Magelang dan Malang yang juga melakukan touring ke Sumba. Mereka lebih senior dari kami dan saluttt.. dengan semangatnya! 
Ohya kami juga bertemu pak Boby , yang ternyata kepala ASDP Aimere yang kami hubungi, beliau juga akan menuju Sumba karena ternyata keluarganya tinggal di Waingapu, jadilah kami ber 5 berbincang hangat pagi itu sambil menunggu muatan pisang diturunkan dari truk dan diangkut manual ke dalam kapal fery ( truknya tidak ikut berlayar ternyata ) .
 
Suasana antrian ke kapal Fery Uma Kalada di pelabuhan Aimere
 
Ada duo Vespa yang Touring juga, luar biasa...

Pukul 6 pagi kapal Uma Kalada II sudah meninggalkan Pelabuhan Aimere, meninggalkan pemandangan gunung Inerie yang mengerucut di belakang, lautnya tenang, kapal tidak terlalu penuh karena mungkin ini trip diluar jadwal . Agak siang gelombang lumayan tinggi dan kami di tengah laut Sabu. Saya tidur, bangun, tidur bangun..tidur lagi.., persis lagu Mbah Surip...wkwkwk..karena saya agak stress dengan gelombang tinggi yang membuat kapal berjalan serasa merayap. 
Pukul 13.46 daratan Sumba sudah mulai tampak dengan savananya yang kecoklatan, dan pukul 15-an kami sudah mandi di hotel Sacca Hotel di Waingapu, kami mendapat kamar AC 320k/malam, ya..menurut saya hotel-hotel di luar pulau jawa cenderung lebih mahal..di Yogya dengan harga < 150k kita dapat memperoleh hotel dengan kualitas yang sudah memadai.

Meninggalkan Aimere dgn latar belakang gunung Inerie
 
Suasana kapal Uma Kalada yang kebetulan penumpangnya sedikit
Ada satu keluarga yang ikut menyebrang ke Sumba juga...

Pisang kepok Flores dibawa sampai Sumba


Daratan Sumba sudah tampak dari kejauhan



Bersambung part 2....

2 komentar:

  1. Wah...ternyata bersambung 😊 menunggu dg setia utk ref saya jika ingin touring ke timur. Saya kmrn touring bali-flores hny sampe kelimutu teh krn waktu yg terbatas plus byk berhenti foto2 krn viewnya mantabs. Salam satu aspal😊🙏

    BalasHapus
  2. makasih sudah mampir mas, part 2 sudah saya upload,...wah sudah sampai kalimutu, lain kali teruskan sampai larantuka ya mas, semangat..suatu saat pasti akan tiba waktunya jalan2 lagi, salam kenal

    BalasHapus