TOURING MOTOR FLORES - SUMBA - TIMOR
Menyusuri Savana Sumba, Memutari Sabu Raijua Dan Sampai
Di Perbatasan Atambua ( Part 1 )
Kereta api Mutiara Selatan sampai tepat waktu di Stasiun
Gubeng Surabaya, sehari sebelumnya saya berangkat dari stasiun Bandung untuk
bergabung dengan suami yang sudah lebih dulu sampai di Surabaya dengan
mengendarai Yamaha X-max setelah sebelumnya dia mengikuti acara gathering
kaskus OANC di Yogyakarta. Suami saya tiba beriringan dengan motor temannya dan
kami re-packing di parkiran , sebagian barang kami titipkan di Surabaya
10 Juli 2019 pk.7.29 kami sudah siap cus
memulai perjalanan ke timur, Sumba adalah target utama kami.
Siap-siap start dari parkiran Stasiun Gubeng - Surabaya |
Pk .8,26 kami sarapan di Soto Lamongan Cak Har , favorit
suami dan saya kagum sangat ada restoran soto sebesar itu, selain itu ada
beberapa eksekutif muda yang sambil menikmati soto buka laptop menikmati wifi juga, keren kan.?.biasanya
pemandangan seperti itu tampak di kedai-kedai kopi..Btw sotonya kuahnya enak
sih dan ayamnya ayam kampung, saat memesan kami ditanya ingin ayam bagian mana
, dada , paha dst. 2 porsi soto ayam dengan nasi dan 2 Es Teh kami membayar 64K. Kami tidak ingin berlama-lama dan pk.8.42 kami sudah
melanjutkan perjalanan
Soto Ayam Cak har |
Perjalanan relatif lacar , tidak ada macet berarti, yang
jelas panas terik dan saya mulai merasa tidak nyaman dengan kondisi belum mandi
sejak berangkat kerja hari sebelumnya, ya tgl 9 Juli 2019 saya masih masuk kerja dan
pulang kerja saya langsung ke stasiun tanpa mandi , akhirnya pukul 10.43 kami
sampai di SPBU Grati Pasuruan dimana terdapat “ Toilet VIP “, kamar mandi
dengan shower air panas dingin dan WC duduk yang bersih, bayar 10rb, worth it
,Gan…..
Toilet VIP - SPBU Grati |
Assikk....bersih & ada shower air panas/dingin |
Kami makan siang di Situbondo, 2 mie ayam, 1 bakso , 3 minuman, total 45K , nyantai agak lama di tempayt makan dan saat memulai
perjalanan ada bapak pengendara Honda dari Surabaya yang juga sedang menuju ke
Denpasar menyapa , dan kami pun bersama-sama beriringan sampai Denpasar.
Ruas jalan sekitar Baluran |
Pukul 17.23 kami sudah sampai pelabuhan Ketapang dan
langsung menuju dermaga yg di bagian dalam untuk naik fery Tongkang yang
biasanya memang lebih cepat ,dengan tiket 48k yang dibayar non tunai untuk
motor dan kami ber2 kami langsung naik ferry yang cukup nyaman dan ber AC, dan
begitu ferry berangkat saya langsung tertidur dan bangun saat ferry merapat di
Gilimanuk.
Sesaat sebelum Denpasar kami berpisah dengan Bapak Pengendara Honda,
makan malam sebentar dengan bebek goreng di kaki lima , berdua kami membayar 65K, dan langsung menuju Padang Bai untuk menyebrang ke Lombok
malam itu juga , pukul 23.59 setelah
membayar tiket 258k untuk motor dan kami berdua, kami naik ke atas kapal fery dan
alamak…kami mendapat ferry yg bututnya pake bangett.....lantai pertama hanya ada beberapa
tempat duduk sehingga para penumpang lesehan dan tiduran di lantainya dengan
alas seadanya, kamipun tidak dapat beristirahat maksimal.
11 Juli 2019 pukul 5.04
kapal fery kami sampai di pelabuhan
Lembar dan silahkan penumpang kecewa karena banyaknya antrian, kapal baru dapat
merapat di pelabuhan Lembar pukul 8 lebih, dan kami langsung menuju Lombok
Timur sambil tak lupa mencari SPBU yang toiletnya dapat mengakomodir kebutuhan
MCK kami…
Sampai pelabuhan Lembar tapi tidak bisa langsung merapat |
Pk. 9.07 kami mandi , ganti baju dll di SPBU Batujai
Makan pagi merangkap makan siang dengan
sayur bayam dan ayam goreng di warung “Murah” , lumayan kalap makan dan beli cemilan , kami menghabiskan 84K di warung tsb dan langsung cuss ke pelabuhan
Kayangan untuk menyebrang ke Sumbawa. Sempat membeli nenas kecil - kecil yang sudah dikupas, beli 3 bayar 5K saja...
Pukul 13.04 setelah membeli tiket 55k untuk motor dan kami berdua, kami menaiki kapal fery menuju PotoTano dan sesaat sampai di atas fery kami ditawari kamar nakhoda , lumayan banget gannn…suami langsung tepar di bawah AC , cuaca saat itu memang cukup panas , berada di ruangan nyaman memang membuat perjalanan yang memang hanya sekitar 2 jam semakin tak terasa,
Warung 'Murah' yang tidak murahan dan tidak murah2 amat juga... |
Menu rumahan yang bikin kalap...hehe |
Nenas, 5 ribu 3 |
Pukul 13.04 setelah membeli tiket 55k untuk motor dan kami berdua, kami menaiki kapal fery menuju PotoTano dan sesaat sampai di atas fery kami ditawari kamar nakhoda , lumayan banget gannn…suami langsung tepar di bawah AC , cuaca saat itu memang cukup panas , berada di ruangan nyaman memang membuat perjalanan yang memang hanya sekitar 2 jam semakin tak terasa,
Sampai Poto Tano kami tidak menunda-nunda perjalanan langsung menuju Dompu,
sempat berhenti 2x yaitu membeli minuman di Indomart & istirahat di pinggir
jalan sebelum Dompu.
View sekitar dermaga pelabuhan Kayangan |
Kamar full AC, jangan tanya itu ember untuk apa, kami yo bingung kok... |
Sumbawa, masih mulus aspalnya..... |
Banyak yang berubah sejak terakhir kami melewati Sumbawa
pada akhir tahun 2016, yang jelas ada SPBU baru dan pertumbuhan Alfamart
–Indomart di sepanjang jalan yang kami lalui. Kami sempat makan mie ayam di Sumbawa dan membayar 30K untuk kami berdua. FYI selama perjalanan yang namanya penjual bakso selalu ada, malah di Kupang bakso beranak saja sudah ada lho..., dan makan bakso selalu kami jadikan solusi kalau sudah bingung cari makan, karena rasanya pasti sama atau standar...karenaaaa...yang jualnya juga sama atau standar yaitu orang Jawa Timur,...Ma sha Alloh...luar biasa memang perantau-perantau dari Jawa ini.
Sekitar magrib kami sampai di pertigaan Dompu Calabai, dan sekitar 1-2 jam kemudian kami sampai di Dompu dan menginap di penginapan ‘Sahab’ dgn harga 175k/malam untuk kamar dengan fasilitas AC, lumayan lah untuk sekedar istirahat semalam. Sempat makan malam di warung ikan bakar dan membayar 40K.
Sekitar magrib kami sampai di pertigaan Dompu Calabai, dan sekitar 1-2 jam kemudian kami sampai di Dompu dan menginap di penginapan ‘Sahab’ dgn harga 175k/malam untuk kamar dengan fasilitas AC, lumayan lah untuk sekedar istirahat semalam. Sempat makan malam di warung ikan bakar dan membayar 40K.
12 Juli 2019 pukul.7.11 kami membeli sarapan di warung nasi
dekat penginapan, 2 bungkus nasi dengan beberapa udang yang cukup besar semuanya 45k, dan setelah selesai
packing kami langsung cus menuju Sape. Kota Bima kami lewati sambil mengenang
peristiwa banjir bandang th 2016 , perjalanan sempat terhenti karenan ada
iring-iringan jenazah; memang di daerah NTB dan NTT saya lihat kalau ada
jenazah maka semua kendaraan menepi, dan sebelum pukul 11.siang kami sudah sampai
di Sape dan menuju pelabuhannnya untuk mengecek penyebrangan ke Sumba.
Sarapan di Dompu |
Di pelabuhan Sape tampak 2 fery sandar, kami sempat
celingak –celinguk depan loket dan tak lama ada petugas ASDP yang datang daaannnn…
kekecewaanpun mendera…,perih, kawan..!
Saat tahun 2016 ada jadwal kapal penyebrangan Sape
–Waikelo, dan sebelum berangkat saya mengecek website ASDP memang ada jadwal
Sape – Waikelo hari apa jam berapa, demikian pula sebaliknya Waikelo – Sape
jadwalnya hari apa jam berapa, sehingga saya sampai di Sape tgl 12 Juli itu
sebetulnya sudah menyesuaikan jadwal yang semestinya hari itu sore/malam ada
pemberangkatan kapal ke Waikelo. Ternyata…. sudah berbulan-bulan tidak ada
penyebrangan dari Sape ke Waikelo/Sumba karena bla..bla..bla.. , sehingga
konsumen yang ingin ke Sumba harus menyebrang dulu ke Flores yaitu ke Labuan
Bajo dan menyebrang ke Sumba melalui Aimere ( paling dekat ) atau Ende..atau
Larantuka dengan jadwal tertentu setiap Minggunya.
Nah menurut informasi Bapak
ASDP tsb, besok pagi ( Sabtu 13 Juli 2019) ada kapal ke Labuan Bajo dan jadwal
kapal Aimere – Waingapu Sumba ada pada hari Selasa dan Jumat. Nahh…selamat
datang ke tidak pastian….wkwkwk, ,memang setelah dievalusi transportasi laut di
NTT sulit dipastikan karena selain jadwal yang harus kita pantau juga faktor
cuaca yang memang diluar kuasa kita meskipuunnn…kami melakukan perjalanan bulan
Juli yang cerah ceriah yang kami pikir adalah bulan yang relatif aman untuk
penyebrangan laut ( karena mengambil pelajaran bulan Desember 2016 kami
terjebak cuaca buruk di Sape juga sampai 4 hari )..olala…..akirnya kami
memutuskan duduk-duduk di SPBU dekat pelabuhan untuk menjemur pakaian dan menyusun
siasat….wkwkwkwk..
Jemur-Jemur di SPBU, seenaknya banget ya..cuma bentar aja udah langsung kering kok ! |
Kami duduk-duduk sambil mengobrol dengan bapak-ibu dari
Banyuwangi yang membawa satu mobil colt bak berisi buah-buahan untuk dijual di
Bajawa, mereka ketinggalan fery ke Labuan Bajo sehingga terpaksa menginap di
SPBU .Ternyata bapak ibu itu sudah reguler membawa dan menjual buah-buahan dari Banyuwangi seperti saat itu mereka membawa buah naga, apokat dan jeruk, nanti setelah habis dari Bajawa maka bapak ibu itu akan membawa pisang kepok atau mangga untuk dibawa dan dijual di Banyuwangi. FYI Flores adalah penghasil pisang khususnya pisang kepok, dan mangganya Subhanalloh..manis-manis !
Kami sempat bertegur sapa dengan bapak pemilik SPBU yang masih ingat kami karena selain sebagai pemilik SPBU tsb bapak itu juga pemilik hotel De Aaussaf dimana th 2016 kami menginap 4 malam disana dan malam itu kami menginap lagi di hotel De Aussaf yang hanya selemparan batu , atau istilah Wiro Sableng hanya seperminuman teh dari SPBU, dan uniknya kami mendapat posisi kamar dan harga yang sama dengan tahun 2016 yaitu 200k/malam..heeheheh..
Kami sempat bertegur sapa dengan bapak pemilik SPBU yang masih ingat kami karena selain sebagai pemilik SPBU tsb bapak itu juga pemilik hotel De Aaussaf dimana th 2016 kami menginap 4 malam disana dan malam itu kami menginap lagi di hotel De Aussaf yang hanya selemparan batu , atau istilah Wiro Sableng hanya seperminuman teh dari SPBU, dan uniknya kami mendapat posisi kamar dan harga yang sama dengan tahun 2016 yaitu 200k/malam..heeheheh..
13Juli 2019 pagi-pagi kami sudah menuju Pelabuhan untuk
mengantri tiket dan harus cepat-cepat naik ke ferry agar kami mendapat tempat
duduk, harga tiket 186k untuk motor kami dan @60k untuk penumpang. Setelah
membeli bekal nasi bungkus dan minum untuk bekal, kami bergegas naik ke dalam
kapal fery.
Kami selalu tak lupa membeli bekal untuk penyebrangan jarak jauh
karena kelaparan di atas kapal itu menyiksa..heheheh...Kapal fery berangkat
sekitar pukul 9 dan perjalanan relatif lancar dalam arti gelombang bersahabat
dan kecepatan kapal juga lumayan sehingga pukul 16 –an kami sudah sandar di
pelabuhan Labuan Bajo.
Kami sempat nongkrong makan bakso tidak jauh dari
pelabuhan dan sempat keliling mencari tempat untuk mengatur strategi mau
apa-apaan kita di hari berikutnya dan akan tidur di mana kami malam itu , sampai
akhirnya tidak jauh dari pelabuhan ada bangunan baru dan ada logo yang dengan
mudah dikenal, ya..kedai kopi Starbuck sudah buka di Labuan bajo sekitar bulan
Mei 2019, dengan semangat kami masuk dan sejuknya AC langsung terasa menyegarkan begitu
kami masuk, tak lama kami sudah duduk dan menyesap kopi panas yang membangunkan
sel-sel otak kami, dan mulailah menyusun rencana...
Suasana dalam kapal Fery ke Labuan Bajo |
Yeayy...ada Starbuck di Labuan Bajo |
Terus terang kami kurang berminat stay di Labuan Bajo
yang sudah sarat turis asing, demikian juga suami saya, kami mencari-cari
informasi dan menemukan no whatsapp ASDP Aimere dan Waingapu , saya iseng-iseng
mengirim pesan dan kemudian suami saya menelpon yang Alhamdulillah diangkat ,
pak Boby namanya, kami menanyakan jadwal kapal ke Waingapu Sumba Timur dan pak
Boby mengatakan jadwalnya memang hari Selasa dan Jumat, tetapi karena ada
muatan yang tidak terangkut pada hari Jumat , maka Minggu dinihari ada trip
khusus Aimere –Waingapu...bravo..!!
Perjalanan Labuan Bajo –Aimere adalah sekitar 6 jam, saat
itu sekitar pukul 18 , kami langsung menyudahi acara ngopi sore-sore..dan
bergegas menyiapkan perjalanan untuk langsung menuju Aimere malam itu juga.
Malam itu kami menyusuri jalur trans Flores yang lumayan
berkelok dan banyak tikungan tapal kuda, berbeda dengan tahun 2016 dimana
jalanan mulus semulus pipi aktris dan aktor Korea, saat itu kondisi jalan banyak yang bolong
sehingga pak suami harus ekstra hati-hati, menyempatkan makan malam di Lombor
dan pukul 20.40 kami sudah menuju Ruteng yang Masha Alloh..malam itu dinginnya
menusuk tulang, suhu pada penunjuk motor menunjukan 14°C, saya sempat minta
berhenti untuk memasang sarung tangan double karena tak tahan dinginnya.
Kami
sempat memakai toilet SPBU yang sudah tutup di Ruteng, tetapi
pegawai-pegawainya yang kebetulan masih ada berbaik hati membuka rantai penutup
SPBU dan kami sempat berbincang-bincang tentang suhu dingin di Ruteng dll,
mereka ramah-ramah dan saya bersyukur sepanjang perjalanan kami sampai ke Sumba
dan Timor kami selalu bertemu orang-orang yang baik dan helpfull, warga NTT
sangat ramah-ramah... meski suku dan
agama kita berbeda, kita tetap bersaudara, bukan?...saudara karena sama-sama
NKRI ,saudara karena sama-sama warga dunia...
Ruteng, berhenti dulu pasang sarung tangan double, dingin Gann..... |
Pukul 23.37 saya sudah merebahkan diri di kegelapan ruang
tunggu di Pelabuhan Aimere, pelabuhan kecil di kecamatan Aimere kabupaten
Ngada, sekitar 1 jam sebelum Bajawa.
Ada yang lucu, saat kami masuk pelabuhan
Aimere suasana sepi dan gelap, kami masuk ke ruang tunggu dan kami saling
bicara tanpa menyadari ternyata di sana banyak calon-calon penumpang yang
tertidur dalam gelap, kami baru ngeuh setelah saya menyalakan head lamp, olala…,ternyata
di lantai dan di kursi banyak yang sedang tidur dan beberapa terbangun karena
kehadiran kami.
Kami sempat berbincang ternyata mereka calon penumpang yang
tidak kebagian masuk ke fery waktu hari Jumat , karena mereka membawa beberapa
truk pisang untuk dibawa ke Sumba, jadi mereka sudah menginap di pelabuhan 2
hari. Saya sudah sangat mengantuk dan langsung tidur di kursi ruang tunggu dan
nyamuk-nyamuk nakal yang gigit-gigit bagian kulit yang terbuka tidak saya
hiraukan , tau-tau paginya tampak bintik-bintik merah…hadeuh
Tidur di kegelapan ruang tunggu pelabuhan Aimere |
14 Juli 2019 sekitar pukul 4 dinihari ada sedikit
kegaduhan yang membuat saya terbangun, Alhamdulillah ternyata fery sudah
merapat dan petugas ASDP tiba untuk membuka loket.
Saat itu kami membayar tiket 400k
lebih untuk motor dan kami berdua, kami bergegas membeli makan di RM Padang yang
baru buka dan menumpang ke toiletnya, pukul 5 kami sudah mengantri dan ternyata
ada 2 pengendara Vespa dari Magelang dan Malang yang juga melakukan touring ke
Sumba. Mereka lebih senior dari kami dan saluttt.. dengan semangatnya!
Ohya kami juga bertemu pak Boby , yang ternyata kepala ASDP Aimere yang kami hubungi,
beliau juga akan menuju Sumba karena ternyata keluarganya tinggal di Waingapu,
jadilah kami ber 5 berbincang hangat pagi itu sambil menunggu muatan pisang
diturunkan dari truk dan diangkut manual ke dalam kapal fery ( truknya tidak
ikut berlayar ternyata ) .
Suasana antrian ke kapal Fery Uma Kalada di pelabuhan Aimere |
Pukul 6 pagi kapal Uma Kalada II sudah meninggalkan
Pelabuhan Aimere, meninggalkan pemandangan gunung Inerie yang mengerucut di
belakang, lautnya tenang, kapal tidak terlalu penuh karena mungkin ini trip
diluar jadwal . Agak siang gelombang lumayan tinggi dan kami di tengah laut
Sabu. Saya tidur, bangun, tidur bangun..tidur lagi.., persis lagu Mbah Surip...wkwkwk..karena
saya agak stress dengan gelombang tinggi yang membuat kapal berjalan serasa
merayap.
Pukul 13.46 daratan Sumba sudah mulai tampak dengan savananya yang
kecoklatan, dan pukul 15-an kami sudah mandi di hotel Sacca Hotel di Waingapu,
kami mendapat kamar AC 320k/malam, ya..menurut saya hotel-hotel di luar pulau jawa cenderung lebih mahal..di Yogya dengan harga < 150k kita dapat memperoleh hotel dengan kualitas yang sudah memadai.
Meninggalkan Aimere dgn latar belakang gunung Inerie |
Ada satu keluarga yang ikut menyebrang ke Sumba juga... Pisang kepok Flores dibawa sampai Sumba Daratan Sumba sudah tampak dari kejauhan |
Bersambung part 2....
Wah...ternyata bersambung 😊 menunggu dg setia utk ref saya jika ingin touring ke timur. Saya kmrn touring bali-flores hny sampe kelimutu teh krn waktu yg terbatas plus byk berhenti foto2 krn viewnya mantabs. Salam satu aspal😊🙏
BalasHapusmakasih sudah mampir mas, part 2 sudah saya upload,...wah sudah sampai kalimutu, lain kali teruskan sampai larantuka ya mas, semangat..suatu saat pasti akan tiba waktunya jalan2 lagi, salam kenal
BalasHapus