Jumat, 12 Mei 2017

GUNUNG DEMPO , TANJAKANNYA SAMPAI DENGKUL MENCIUM JIDAT...



GUNUNG DEMPO



Malam itu  1 Mei 2016,  kami tidur hanya beberapa jam , karena Yanti , kucing kami yang baru  pertama kali melahirkan  gelisah  dan selalu miaw-miaw merengek minta didampingi, yah kalau Yanti itu manusia ibaratnya dia itu ABG yang manis manja & harus  sudah melahirkan akibat pergaulan bebas…akhirnya jam 02.00 dinihari  lahiran 4 baby cats dan  jam 05.00 kami sudah meluncur dengan taxi ke terminal Leuwi Panjang Bandung, menunggu Bis Primajasa jurusan Kalideres ( infonya kalau bis Arimbi seringkali tidak sampai terminal Kalideres ), jam 06.30 kami sudah meninggalkan Bandung dengan harga tiket @ Rp 65rb.

“Atas nama N**…atas nama N**..”
Sudah ada yang memanggil-manggil nama saya sewaktu kami baru akan menjejakkan kaki di terminal Kalideres, ternyata staf dari Bis Sinar Dempo jurusan Pagar Alam yang saya booked 2 hari sebelumnya, kami baru sampai di terminal Kalideres  sekitar jam 11.40 karena  macet saat melintasi Jakarta, setelah membayar tiket ( @ Rp 260rb) , kami menyempatkan dulu makan siang, maklum….perjalanan panjang menanti kami gan sist…
FYI Bis Sinar Dempo dari Bandung ke Pagar Alam hanya berangkat 2x seminggu, sementara dari Terminal Kalideres berangkat setiap hari sekitar jam 12 siang & tersedia bis ekonomi & eksekutif.
Saya melirik jam tangan ketika bis mulai melaju meninggalkan Tanggerang, pukul.13.00, sempat beberapa kali berhenti  untuk mengangkut penumpang & barang akhirnya bis melaju lancar jaya menuju pelabuhan Merak, pukul 15.00 bis kami langsung memasuki lambung kapal Ferry tanpa mengantri , kami langsung mencari tempat VIP , membayar @Rp.10 rb, dan  langsung merebahkan diri … saya langsung tertidur , cukup pulas sepertinya karena saya terbangun mendengar suara khas kapal ketika akan merapat ke dermaga, lumayanlah ..membayar kekurangan jam tidur…pukul 18.00 kami sudah memasuki Lampung, bis berhenti untuk istirahat sekitar jam.20.00 di RM Padang, sepanjang jalan pak supir Bis memutar lagu non stop, dari musik remix, sampai lagu-lagu Iwan Fals, tetapi volumenya masih dalam batas kesopanan ; karena tambah malam volume agak diperkecil sehingga kami bisa istirahat meski sesekali terbangun.
Pukul 02.00 sampai Baturaja
Pukul 05.00 sampai Muara Enim
Pukul 06.00 sampai Pagar Gunung
Pukul 08.00 sampai Pagar Alam, “Yeaayy…!”

Dari pul Bis Sinar Dempo tawar menawar ojek menuju PTPN, @ Rp20 rb, cukup mahal , tapi daripada jalan kaki.?.

Kami sampai tempat pak Anton, ngobrol sebentar dgn emak, menumpang mandi, menitipkan barang, membayar @5 rb untuk kebersihan , kemudian makan di warung samping PTPN, dan kabar buruknya tidak ada lagi truk yang menuju kampung IV…
Mendaki Gunung Dempo bisa melalui Tugu Rimau & kampung IV, karena jalur Tugu Rimau  sedang ditutup pasca kebakaran & longsor, jadi semua pendaki diarahkan  melalui jalur kampung IV.
Tidak ada ojek sekitar PTPN yang bersedia mengantar ke kampung IV,katanya “Jalannya rusak parah, Mbak..”
Akhirnya ada ojek yang bersedia mengantar , hanya sampai kampung II, jadi kami harus lanjut dengan jalan kaki menuju kampung IV. Yah.., daripada kami buang-buang waktu kami oke-kan sajahhh….

Diturunkan di jalan menuju kampung IV, kami diberi tahu orang-orang yang kami temui jalan untuk  memotong ke tengah kebun teh untuk menghemat tenaga, jadi siang itu kami judulnya “ Wisata Tea Walk”….Sekitar 2 jam kami berjalan di tengah kebun teh sambil sesekali berhenti untuk mengecek pohon jambu batu yang kami lewati…siapa tau ada tambahan supply vit.C..setelah lapor dan dan mengobrol sebentar sambil menunggu hujan reda di  base camp kampung IV, beberapa saat kemudian kami sudah mulai menapaki jalan menuju pintu rimba , pukul 15.00…jalur menuju pintu rimba berupa jalan lebar & masih melintasi kebun teh.


                                              
 Sore itu kami kehujanan …sampai malam…

Jalur pendakian Dempo memang ruarrr..biasa…, sudah sepanjang jalan seperti  berjalan dibawah shower eh jalur benar-benar tidak ada bonus alias nanjak terus , jalurnya kebanyakan jalur air, dan meminjam istilah orang –orang “ tanjakannya membuat dengkul menempel di jidat”…dan leher ikut pegal karena selalu mendongak ke atas untuk melihat jalur  yang akan dilalui…singkat kata , sudahlah…Eneng lelah, Kang..

Si husband jalannua udah 8-1 alias delapan langkah berhenti satu kali,…mengeluh belum makan lagi lah, inilah, itulah…yang jelas pukul 21.00 dia berjalan sudah seperti Zombie yang hujan-hujanan; wajah datar & sudah tidak bisa diajak mengobrol, tapi tahu sendirilah…jalur dempo tidak ada tempat darurat untuk tenda darurat…lagipula saya pegang badan & keringatnya masih hangat bukan keringat dingin jadi saya bersikeras malam itu harus sampai pos 2

Pukul 21.30 masih gerimis kecil,..di puncak keputus asaan ( cie…) kami sampai di pos 2 & thanks God, ada satu tenda bertengger disana…jadi ada teman untuk bertegur sapa  karena memang hari itu sepi pendaki , kami langsung pasang tenda, memakai baju kering , setelah membuat minum & makan ..kami langsung merebahkan diri, meluruskan punggung , dan merasakan nikmatnya sleeping bag bulu angsa yang rapat memeluk tubuh…

Jam 06.30 kami sudah beraktivitas, ternyata  pos 2 kok mirip TPS ( Tempat Pembuangan Sampah) di kelurahan saya ya, sehingga jalur menuju mata air agak tersamarkan oleh tumpukan sampah, hm..

Sinar matahari menghangatkan muncul dari sela-sela pohon,  suami pun tampak lebih sehat dibandingkan semalam yang ‘pusing berat’ katanya…jadi  pagi itu kesempatan jemur-jemur baju & jaket, masak-masak , sambil sesekali berbincang & bercanda dengan penghuni tenda sebelah, ternyata mereka rombongan kecil dari  Jakarta, 4 orang, 3 laki-laki 1 perempuan dan sudah bekerja semua  ( katagori pendaki mature, buka alay…sementara kami, pendaki not mature but sepuh not yet..heuheu) mereka ‘mengulang’ ke Dempo karena beberapa tahun sebelumnya tidak sampai ke puncak karena 2 hari kena badai di jalur Tugu Rimau…jadi saat itu mereka nenda di Pos 2 untuk turun , mereka start  turun jam 08.00-an , sementara kami baru start naik jam 10.30…, biasa…banyak urusan ini itu gan sist..
Tanjakan meyayat hati

Jalur dari Pos 2 menuju puncak Dempo benar-benar menapaki punggungan, kadang sy tidak sabar & bersemangat jalan atau manjat tepatnya,  karena sepertinya di ujung tanjakan  langit terbuka dan begitu sampai di ujung tanjakan saya cuma bisa bilang ( dengan nada keki) ,” Serius loo..?”…soalnya diujung tanjakan adalah awal menuju ..tanjakan lagi..,hiks

Kadang saya geleng-geleng kepala melihat jalur air terpampang, lebih kejam dari Kerinci, tapi toh semua upaya akan membuahkan hasil, alon-alon pasti kelakon, akhirnya jam 14.30 kami sampai di puncak Dempo , ada papan petunjuk dan sampah-sampah disekitarnya.., foto sebentar, setengah jam kemudian kami sudah mulai mendirikan tenda di pelataran, hanya ada sekitar 4 rombongan pendaki sehingga sangat leluasa memilih lokasi ,setelah masak-masak sambil duduk-duduk depan tenda , selebihnya kami hanya berleha-leha saja di tenda…
Mendirikan tenda di pelataran

Puncak Marapi  tampak dari pelataran

Keesokan harinya kami start muncak pukul 05.30,  membutuhkan waktu sekitar 30 menit untuk sampai di puncak Marapi, hanya ada belasan pendaki, cuaca cerah, kawah yang saat itu  biru tosca tampak jelas tanpa kabut, seperti lukisan, perfect….. sambil minum teh manis panas dari termos yang kami bawa, semua terasa tenang, plong  dan tanpa beban…tarik nafas….lepaskan pelan-pelan…..



Menikmati puncak dan cintah kita yg teruji tanjakan...
 Sekitar pukul 11 kami sudah siap-siap berangkat, group tenda sebelah menyempatkan diri mandi di mata air, biar kece dan ga bau kalau di jalan ketemu yang manis-manis ( asumsi saya lho..) agak kesiangan kami ambil start…dari puncak ke pos 2 kami cukup cepat, dengan cara berjalan banyak bermanuver sambil pegangan ke dahan/batang pohon…

Udah ga keruan...wkwkwk
 Selepas pos 2,hujan turun gerimis rapat  yaitu tipe hujan yang biasanya awet alias berhentinya lama, dan sehubungan hari itu hari Kamis tgl 5 Mei 2016 yang mana libur serentetan sampai Minggu, rupanya banyak yang menghabiskan libur long week end  dengan mendaki  Dempo, karena setelah pos 2 , kondisi hujan & pendaki aduhai banyaknya, dari yang anggota groupnya berdua saja seperti kami  sampai yang puluhan, dan mayoritas pendaki alay yang biasanya banyak screaming …alhasil jalur rusak para pemirsa….jalur air yang bahasa sundanya ‘digaley’...atau terjemahannya seperti diaduk dan diuleni…,licin pula….jadi kami harus ekstra hati-hati dan meskipun  sudah ekstra hati-hati kami giliran nyaris terpeleset…sepatu dan celana tempur kami penuh lumpur…
Hi-Tec legendariskuuu....

Tetatih menuju kampung IV

Kondisi seperti itu memaksa kami tidak bisa berhenti sekedar membuat mie instant, tambah-tambah suami pun tampak enggan berhenti , waktu saya agak dengan nada menghimbau minta berhenti untuk makan, dia bilang ,”Nanti saja makan nasi goreng di warung dekat basecamp kampung IV”..tapi gan, ini sudah hampir jam 16.00, akhirnya seperti iklan TV ‘lo rese kalo lapar’…suami  membungkam saya dengan sebungkus coklat wafer Sneakers ukuran besar…
Pukul 17.30 an kami sampai kampung IV, langsung pesan nasi goreng di warung pertama yang kami temui  dan tidak jauh dari warung ada air luapan dari penampungan mata air membentuk air terjun kecil tapi deras  gitu, jernih pula….muncul bakat emak-emaknya, langsung deh saya cuci-cuci sepatu , celana & jaket water proof yang kotornya seperti habis main bola hujan-hujanan di lapangan desa, yang kalau tidak dipakai main bola lapangannya dipakai sapi-sapi ngaso...( itu di desa siapa yah?)

Sekitar jam 19.00 kami sudah makan & rapi jali, dan ternyata base camp kampung IV amboi penuhnya… sebagai yang sudah senior masa bikin risih para pemuda-pemudi  dengan ikut menjejalkan diri disana, nanti mereka pada sungkan sama kita ( kepedean ya)…jadi kami berniat langsung turun ke Pagar Alam mencari penginapan dan menurut bang siapa ya yang rambutnya panjang terurai sepunggung ; yang pas saya berangkat rambutnya basah habis keramas dan saat itu rambutnya (lagi-lagi) basah habis keramas, kesimpulannya tiap ketemu saya pas jadwalnya keramas , jadi maksud saya apa ya…pokoknya menurut abang berambut indah itu malam itu jam 20.00 ada truk turun dan bersedia mengantar kami ke Pagar Alam..tapi , sebentar… saat itu long week end, saya cek surecek di google dan telpon –telpon, hotel di Pagar Alam full ..saat itulah kami ngobrol - ngobrol dengan rombongan mahasiswa dari Palembang yang akan pulang ke Palembang malam itu juga , dijemput bis jam 22.00 di dekat rumah pak Anton dengan harga tiket @ 60 rb, sampai Palembang subuh..., kami langsung bilang :”Ikut mas..”
Tekwan kecintaanku...

Pindang Ikan kecintaan tetangga..

Akhirnya liburan kami berlanjut di Palembang, kebetulan mendapat info hotel yang strategis dari teman kantor cabang Palembang, di sana kami juga masih bisa mendapat tiket pesawat murah untuk pulang via  Jakarta ( @ 331rb) , bayangkan waktu turun dari Dempo, lingkar pinggang saya sempat mengecil, perut saya kempes..sampai di Palembang yang makanannya enak-enak, kami seperti anggota kelompok Teroris Santoso di Poso yang baru turun gunung , makan terusss….dan dua hari kemudian kami pulang ke Bandung dengan 2 keril dan tambahan 1 dus oleh-oleh Palembang..
Sekian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar