Jumat, 19 Februari 2016

RINJANI JALUR TOREAN


Maskot jalur Torean
RINJANI VIA TOREAN 
Akhir 2014 silam , acara tahunan kami adalah ke Rinjani via Torean ; ini kali ke 3 kami kesana & kali ke 2 melewati jalur Torean, agak bertentangan dengan rekan tendem (my bojo) yang ingin mencoba jalur Timbanuh , please deh...agak berat ini badan untuk merayapi jalur Timbanuh, selain itu ada 2 orang yg ingin bergabung dan sepertinya agak membahayakan kalau mengambil jalur Timbanuh ; maksudnya kalau terjadi apa2 saya bisa digebukin ibunya karena yang ikut salah satunya keponakan saya yang baru kuliah tahun ke 2..haha, so meski agak manyun suami setuju kami mengambil jalur desa Torean.

Sebetulnya saya tidak terlalu ingin menceritakan itinerary kami ke Rinjani, karena sudah banyak lah postingan tentang 'how to get there,..tetapi saya pikir, barangkali itinerary saya bisa memberi tambahan alterntif si how to get there itu...

Berangkat tgl 25 Desember 2014 malam, dengan pesawat berbudget rendah kami ber-empat sampai Ngurah Rai tengah malam, sempat terpesona oleh beberapa turis domestik yang tengah malam pun masih bersemangat untuk selfie & foto-foto di bandara yang memang sudah renovasi ; lebih bagus & lebih luas..Kami dijemput pak Komang yang merupakan sopir mobil carteran kami yang akan mengantar sampai pelabuhan, kami memilih carter karena kami ber-4, perjalanannya  tengah malam , & lebih cepat- ekonomis - efisien dibanding kami memakai transportasi reguler di siang hari, trust me...
Sampai Padang Bai langsung membeli tiket Ferry, dan ternyata 2 dari 4 tiket agak 'dimainkan' petugas tiket  karena diberi tiket anak semetara kami membayar tarif dewasa , begitulah.......
Tidak begitu lama kami naik, ferry sudah mulai berjalan & kami memilih di atas dan tidur...gelombang tidak terlalu terasa & jam 5 dinihari kami bangun menikmati sunrise sementara ferry merapat ke pelabuhan Lembar

Sunrise di pelabuhan Lembar
Sesampainya di Lembar kami sudah ditunggu mobil avanza carteran kami yang akan mengantar sampai desa Torean, pilihan carter karena yang pasti lebih cepat daripada kami ngeteng  naik Elf seperti perjalanan kami tahun sebelumnya,  lebih ekonomis karena kami ber-4 dan yang penting kami bisa berhenti di jalan untuk melengkapi logistik...jadi perjalanan ke desa Torean ini kami sempat berhenti sarapan , cukup berat , yaitu bebalung Kelebet di jl Cokroaminoto  No.7 Mataram, bebalung semacam sup iga sapi dengan kuah agak kuning , setiap kami ke Mataran, bebalung ini selalu menjadi pilihan selain Ayam Taliwang & plecing kangkung di jl.Pejanggik. Setelah sarapan kami berhenti di pasar untuk melengkapi logistik , kemudian capcuss ke desa Torean...

Sesampainya di Desa Torean, kami berhenti di pos dekat mesjid , dekat dengan jalur menuju pintu rimba.. hujan turun cukup lebat & kami mengobrol dengan pak Bayan ditemani kopi hitam yang cukup 'keras' , kami ijin untuk 'numpang lewat' ..FYI d Torean tidak ada kantor atau pos untuk registrasi pendakian, karena merupakan jalur pendakian yang belum resmi tetapi jalur penduduk yang biasa memancing ke danau Sagara Anak ...sekitar jam 13.30 kami memulai perjalanan, setelah melewati ladang penduduk kami mulai memasuki hutan yang masih cukup rapat dan merupakan jalan setapak sehingga mengurangi resiko tersesat , tujuan kami adalah pos 1 dimana disana ada tempat cukup lapang untuk memasang tenda & mata air . Sebetulnya kalau melewati jalur Torean sepanjang jalan kita tidak usah takut kekurangan air karena beberapa kali melewati mata air atau anak sungai.
Bermalam di jalur ini cukup unik, unik yang pertama hati-hati terhadap pacet yang menyelinap di kaki terutama kalau mendaki di musim hujan , unik yang ke-2 , pas malam jangan bayangkan suasana yg sepi di tengah hutan, tapi ramai berbagai suara binatang  malam dari yang nada rendah sampai nada tinggi...jadi sambil rebahan saya bergumam, oh itu suara moyet ..oh itu suara burung hantu..oh itu suara burung apalah...,untungnya ga ada suara ketawa-ketawa sih....heheheheh

Mata air di Pos 1
Sungai kecil di Pos 1


Jalur Torean, sepi n indah..


Sungai dari kejauhan..airnya hangat

udah hujan,capek, eh jalur seperti ini,...kita udah spt gembel..wkwkwk

Hari ke-2 sebelum tengah hari kami sampai lokasi air terjun yang terkenal, disana kita harus naik tebing memakai tangga kayu yang sudah terpasang, ada beberapa spot di jalur Torean dimana kita harus naik/turun tangga kayu seperti itu.
Jalur Torean ini sangat sepi , dua kali kami melewati jalur ini yang pertama kami hanya sekali berpapasan dengan seorang penduduk desa  yang tergesa-gesa turun karena membawa ikan hasil memancing dari danau, dan kali ini kami tidak bertemu dengan seorangpun pendaki atau penduduk.
Beberapa kali kehujanan sampai sungai kokok putih dimana kami harus menyebrang ; agak lama kami disana karena debit sungai cukup deras sehingga harus memakai tali untuk pengaman ...Sesampainya di sebrang sungai kami melanjutkan perjalanan melewati mata air panas, dua diantara kami sudah kelelahan karena memang trek yang kami lalui hari itu agak panjang, idealnya memang menginap sesudah air terjun , tetapi karena kemarin kami kemalaman & perjalanan melambat karena hujan..so mau gimana lagi, hari sudah mulai gelap ketika kami sampai danau Segara Anak.






Bau busuk sampah tercium & ini menjadi catatan saya, suasana agak ramai, menurut porter yang kami temui saat itu sedang ada shooting film 'Romeo Rinjani '...oh, oke..kami agak menjauh mencari tempat yang lebih tenang n yang jelas 1 hari kami istrirahat & berleha-leha di pinggir danau , my hubby menyalurkan hobby memancing , dan beberapa kali sang artis &crew beseliweran melewati tenda kami.
Terus terang saya kecewa ke Rinjani kali ini, sampah Rinjani menurut saya sudah parah...porter-porter sebelah tenda kami seenaknya saja meninggalkan sampah 2 kantung plastik besar  di pinggir danau & lubang kotoran bekas 'WC' turis asing tidak ditutup sebagaimana mestinya...



Sampah kian mencengangkan saya ketika esoknya kami melanjutkan perjalanan sagara Anak-Plawangan Sembalun, positifnya jalur2 curam sekarang sudah diberi pengaman dan dibeton, tetapi sesaat sebelum plawangan Sembalun , oh my God...sampahnya...parraahhhhh...., belum lagu bau kotoran manusia , membuat saya bete habis....
Sampah di plawangan Sembalun
Plawangan Sembalun cukup penuh, kami susah payah mencari tempat yang bersih, oke...hadapilah...saya tidak terlalu ingin jalan2 karena terlalu ramai, hanya duduk di tenda sambil memperhatikan anak2 ABG yang sibuk selfie & foto2 dengan latar belakang danau Sagara Anak...

Dinihari, jam 03.00 kami start summit attack, thanks God , tidak hujan & angin normal...saya perhatikan jalur menuju puncak kok semakin lebar & batunya berkurang ya...jadi menurut saya kali ini puncak Rinjani lebih mudah dicapai daripada tahun2 sebelumnya , betul ga ya....
Sempat ada insiden ; seorang  pendaki wanita ditinggal kawanannya, kedinginan n kelelahan, sehingga kami memberi pertolongan memberi teh panas & akhirnya suami saya menuntun si pendaki wanita tsb sampai puncak..dan saya agak cemberut karena harus berjuang sendirian ke puncak, heee..
Sampai puncak sekitar jam 6.30 k, sempat ribut dengan kru film yg menahan kami untuk jangan dulu berjalan ke puncak, terang saja saya agak emosi, sejak kapan puncak gunung di privatisasi ya?...tetapi kekesalan saya terobati karena saat itu ada pelangi melengkung sempurna diatas danau Sagara Anak...indahhhh pokoknya, ini saya share ya...
Ada pelangi di Rinjani....

Muncak yang rame...
Di puncak Rinjani kami tidak terlalu lama, selain ramai juga agak lama menunggu untuk bisa mengambil gambar karena sedang musim foto2 or selfie sambil membawa kertas2 message untuk papa, mama, pacar , dll..eh..delalah kok kertas messagenya sampe berlembar2, ada yg messagenya begini " Berkat doa mamah akhirnya ananda sampai di puncak Rinjani"..atau "Ayank, aku menyatakan cintaku di ketinggian 3726 mdpl".. ..hehe..mendadak rasanya saya tua banget !
Turun dari puncak kami langsung masak makan siang, agak tergesa2 karena kami akan langsung turun ke Sembalun sementara mendung menggayut...dari kemarin saya menolak ikut ke mata air, karena pendakian sebelumnya saya ikut ke mata air untuk cuci muka dll, tetapi melihat banyak kotoran manusia malah bikin saya bete...ampun deh..memangnya susah banget ya menggali sedikit & menimbunnya dengan baik??!!

So..turun menuju Sembalun diiringi hujan gerimis...berpapasan dengan banyak rombongan pendaki-pendaki yang akan melewatkan tahun baru di puncak Rinjani. Kadang kami terlibat pembicaraan kecil dan saling mengucapkan selamat jalan..





Sore-sore syahdu di sembalun
Yah...setelah pendakian tsb ..karena kotornya saya malas kembali lagi ke Rinjani..., terus terang saya kecewa melihat gunung cantik itu sekarang kotor & bau...dan saya sempat membaca ada turis asing yang membatalkan pendakian karena kecewa dengan kotornya Rinjani, saya pikir pihak Taman Nasional harus melakukan sesuatu..oke itu akhir tahun 2014, semoga saja sekarang sudah lebih baik ...

3 komentar:

  1. Kalau turun lewat Torean, gimana akses transportasinya? September ini rencananya ke Rinjani naik dari Sembalun, turun lewat Torean. Trims

    BalasHapus
  2. Kalau turun lewat Torean, gimana akses transportasinya? September ini rencananya ke Rinjani naik dari Sembalun, turun lewat Torean. Trims

    BalasHapus
  3. bang yudha ntr bisa bagi cerita ya ke saya soalny saya rencana bulan desember jg mau ke rinjani dan pingin turun via toren....bisa bagi pengalaman ya bang 083827848061 trims sebelumnya bwt bang yudha salam kenal

    BalasHapus