MENJEJAKI KALDERA TAMBORA
Mendatangi gunung memang 'nagih'...meski sudah terlontar ucapan,"Sudah, kita gantung sepatu"...tetap aja, tiap tahun bikin planning...
Tahun 2013 kemarin kita ke gunung Tambora, kenapa Tambora ? Karena beberapa tahun sebelumnya kita ke Tambora tidak melihat apa-apa di puncaknya selain kabut...selain selama perjalanan naik dan turun 90% disiram hujan dari yang gerimis tipis sampai seperti berjalan di bawah shower...dan dibumbui pacet yang yang sepertinya sedang mengalami ledakan populasi..., yah namanya juga mendaki desember, december always rain kan...
Tetapi 2013 kita mendatangi Tambora di bulan musimnya mendaki,yaitu bulan Agustus yang cerah dan terik. Yang istimewa selain mendatangi puncaknya kita juga menyambangi kalderanya...sehingga terasa lebih excited...persiapan cuti, tiket, itinerary, logistik, ,perabotan lenong dari buff sampai tenda semua dipersiapkan detail.
Saya tidak sedang membuat catatan perjalanan detail, carper Tambora orang -orang yang lebih ahli pasti sudah terlebih dahulu memposting, saya hanya ingin mengulas sedikit kekurangan dalam perjalanan kami kemarin karena saya agak perfeksionis dalam merencanakan perjalanan terutama yang tujuannya agak jauh, durasinya agak lama dan biayanya lumayan ..haha, harus sempurna donk..! ternyata yang sudah dipersiapkan detail, di TKP ada hal-hal yg unpredictable...
Kaldera Tambora memang belum lazim didatangi, biasanya hanya keperluan riset atau hal-hal penting lain, tujuan kami penting juga sih ; pingin tahu rasanya ada di kaldera Tambora...
Kami menuruni kawah dibantu teman dan pemandu lokal yang tahu jalurnya, karena turun ke kawah Tambora belum ada papan penunjuk jalan ,free style gitulah.., buktinya jalan turun dan naik agak berbeda..hee, sebagai tanda jalurnya masih acak dan pemandunya juga kadang bersama kami mencari jalur yang 'mudah', dan ternyata jalur belum sepenuhnya aman..
Dan ada satu teman yang bersikukuh tidak mau melewati jalur tebing terakhir untuk turun ke kaldera yang memang agak tipis..alasannya simple : dengkul gemetaran lihat ke bawah..
sehingga dia memilih nyangkut alias berdiam disana semalaman, tidak mau menyusul kami yang sudah di dasar kaldera meskipun air liurnya menetes karena tergiur melihat kami di bawah..
Wah..kami sangat menyesali kenapa tidak membawa peralatan safety equipment kami sehingga semua merasa aman melewati semua 'tantangan'...untung saja malam itu langit cerah bintang berserakan dan jarak dari tebing terakhir tidak terlalu jauh sehingga teman kami yang tersangkut disana bisa kami suplai makanan, minuman dan membuat api.
 |
Sini pegang tanganku ...
|
 |
| Antri turun , tebing tipis |
 |
| tidur tanpa tenda di tebing |
 |
Pagi-pagi saya baru sadar dengan jelas kalau tidur di tebing..
|
 |
| Di tengah, ke atas sudah jauh, ke bawah masih jauh |
 |
| Menikmati pemandangan di ketinggian |
 |
| berjalan di kemiringan seperti ini |
 |
Alhamdulillah ...menjejakkan kaki di dasar kawah Tambora
|
 |
Sisi yang masih berupa belerang berasap
|
 |
Ada yang ingin berpose untuk kenang-kenangan..
|
 |
| Mata air di dasar kaldera |
 |
|
Gundukan berapi yang tersisa di tengah kawah
|
|
Saat sampai desa Pancasila, saya bilang kalau mandi di rumah teman kami, nanti air satu bak bisa habis karena kondisi kami sudah kotor dan lengket, sehingga usulan untuk mandi di sungai langsung kami sambut gembira.
 |
Sungai dari mata air tempat kami mandi setelah turun gunung
|
Berbeda dengan gunung lain dimana kami sering hanya mendaki berdua , menuruni kawah Tambora kami ditemani penunjuk jalan, karena tidak semua pemandu gunung Tambora mengetahui jalur ke kawah, maka pemandu yang mengetahui jalur ke kawah tentunya mempunya nilai jual tersendiri, sehingga kawan -kawan yang ingin turun ke dasar kawah Tambora tentunya harus menyiapkan dana tersendiri untuk keperluan ini.
Perjalanan yang biasa kami lakukan berdua, dimana kami sudah menyiapkan kostum, perlengkapan safety, itinerary sampai menu masakan....ketika bergabung menjadi 6, buyarlah semua...hahaha, 5 orang tergila-gila cabe rawit alias senang pedas ,sementara saya tidak bisa makan pedas..sehingga saya minta maaf karena memilih membuat mie instant untuk saya sendiri...
Bila mendaki berdua kami selalu melakukan perjalanan dengan safety, waktu itu ikut anjuran pemandu untuk meninggalkan tenda..sehingga kami di dasar kaldera tidur beratapkan langit dan satu teman kami nyangkut memilih tidur di tebing...yang tentunya kondisi tsb tidak safety..maka kami tidak habisnya mensyukuri langit yang cerah dan angin yang bersahabat di bulan Agustus.
Perjalanan ke kawah Tambora tercapai meski agak meleset dari itinerary..ada masalah-masalah teknis di lapangan, perdebatan....tetapi tetap semuanya indah...heeemmmm....*membayangkan...
Ada kejadian konyol karena suami senang makan pakis, di Tambora memang banyak tumbuh pakis, tapi akibat terlalu banyak makan tumis pakis dan pedas pula alhasil suami saya diare pas di hari kami akan melakukan perjalanan panjang untuk pulang dengan bis menuju Mataram...untung saja kami membawa stok Diatab dan Norit cukup banyak
Saya suka agak terobsesi ingin perjalanan 'sempurna' sesuai rencana, kali ini harus menyesuaikan dan menerima tidak sempat ke P.Moyo karena terlambat turun gunung...hahaha....itu menjadi alasan suatu saat kembali lagi kesana bukan?
SEKIAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar