GUNUNG TALAMAU JALUR GEOPARK JENJANG SERIBU –LUBUAK LANDUA
( 25 – 30 Desember 2020 )
Pada kesempatan touring motor Sumatra kali ini selain ke
Sabang , awalnya kami ingin mengulang kembali pendakian gunung Kerinci yang
pada tahun 2009 kami lakukan dengan durasi 2 malam 3 hari ( itupun hari ke-2 kami gunakan untuk beristirahat di tenda seharian menunggu angin
reda ), nah saat mendapat kabar gunung Kerinci ditutup untuk pendakian, kami menemukan
nama gunung Talamau kamipun
tertarik untuk mendaki kesana; sempat
terpikir ‘kenapa ya’ saat membaca catatan
perjalanan di media daring yang menyebut durasi 4 malam untuk mendaki Talamau,sementara
tingginya tidak sampai 3000 mdpl yang ke depannya saya memang angkat
tangan dengan jalurnya yang panjang dan melelahkan, malah saat perjalanan dari
pos 3 ke pos 4 saya sampai mengeluh ke suami saya dan tercetus ingin gantung
sepatu dan tidak mau naik gunung lagi…
Sebagai catatan , saat touring motor ke Flores kami naik
gunung Ile Ape atau Lewotolok yang baru-baru ini meletus durasi 1 hari 1 malam, saat touring ke Ternate
kami naik gunung Gamalama durasi 2 hari 1 malam…maka saat touring motor ke
Sumatra ‘sekalian’ naik gunung Talamau dengan durasi 5 hari 4 malam, kamipun
teparrrr…..kesimpulannya naik gunung Talamau tidak
bisa disambi touring,titik.
Kenapa saya ribut durasi ? aduh gaes…ini naik gunung dengan
durasi terlama selain gunung Argopuro tempo doeloe ( catatan : tanpa acara
santai-santai)
25 Desember 2020 sekitar pukul 9.30, kami riding meninggalkan
Padang menuju Pasaman Barat tepatnya kawasan geopark Jenjang Seribu, desa
Lubuak Landua sejauh ±183km.
Pukul 13.10 kami sampai di tempat ikan larangan, menanyakan
arah pos pendaftaran pendakian dan sekitar pukul 13.30 kami sampai di pos
lapor, setelah menyerahkan fotocopy KTP, surat bebas Covid 19 ( kami sudah
melakukan swab test beberapa hari sebelumnya ) kami diijinkan naik hari itu juga…whoa…kami cepat-cepat
menitipkan barang dan mencari logistik dan makan siang, disinilah kesalahan
awalnya; di desa tsb logistik agak terbatas dan rumah makan juga menunya kurang
lengkap, rencana awal membeli makanan matang yang awet seperti rendang,
dendeng,ayam serundeng dan sejenisnya musnah sudah…seharusnya kami membelinya sejak di Padang atau saat melewati Pariaman .
Terus terang saya agak galau dengan logistik jadi hanya
membeli seadanya yang tersedia di warung, mana di pos lapor kami dilarang
membawa telur..,nahlo…akhirnya menu makan kami di gunung benar-benar kurang
protein dan tidak berselera..sementara saat mendaki makan itu sangatlah penting.
|
Sampai di pos lapor Lubuak Landua
|
|
berbincang ( atau kasi kuliah ??secara menang tua, haha) dengan pendaki lain
|
Pukul 14.53 kami mulai meninggalkan pos lapor, target kami
tidak muluk-muluk yaitu pos 1 saja , dan baru beberapa lama berjalan kepala
saya pusing karena panas dan…lapar….hahahha, kami memang belum makan lagi sejak
pagi karena sibuk belanja logistik dan packing, jadi kami membuka bekal nasi
bungkus dulu di pinggir jalan yang agak teduh.
Jalur pos lapor ke pos 1 adalah kebun sawit dan ladang
penduduk, lucky us...saat kami masih
duduk-duduk , melintas mobil bak rombongan pendaki bang Revan dan bang Fajri dan kamipun diajak menumpang yang saya
sambut dengan kegirangan dan kami semua didrop sampai di bawah pos 1, karena
jalur berikutnya hanya dapat dilalui kendaraan roda dua…Alhamdulillah, masalahnya
cuaca rasanya panas sekali, karena ketinggian hanya sekitar 350 mdpl…
Pukul 17.30 kami sampai di pos 1 sekitar 600 mdpl, berupa
rumah panggung kecil dan satu tempat beratap seng yang dapat memuat 2 tenda,
tidak jauh dari sana terdapat gapura pintu masuk ke Talamau dengan slang
saluran mata air didekatnya, dan disana ada rumah ladang milik pak Een dimana
beliau yang seringkali merawat kondisi pos 1 dan pos 2 beserta relawan lain.
|
Baru jalan sebentar sudah buka nasi bungkus, pasangan pendaki vespa butut...haha
|
|
Diajak menumpang mobil bak,wah..sungguh berkah bagi kami...
|
|
Lanjut, kanggg...
|
|
Ada spot bagus sebelum pos 1, pose dulu lah...jangan kalah sama abegeh...
|
Kami memutuskan membuka tenda dekat rumah ladang pak Een,
sementara rombongan Revan dan Fajri di rumah ladang pak Een..hari-hari
berikutnya kami kerap bersama dan dibantu teman-teman rombongan ini.
|
Gerbang pendakian Gn. Talamau
|
|
Gn. Talamau dari Pos 1
|
|
Pondok Ladang Pak Een
|
|
Burung rangkong di sekitar pos 1
|
|
Burung Rangkong di sekitar pos 1 ( camera zoom )
|
|
Burung Elang di sekitar pos 1
|
26 Desember 2020, pukul 9.00 kami memulai perjalanan,
beberapa menit kemudian kami menyebrang sungai dan mulai masuk hutan, jalur menanjak
tetapi masih bersahabat, sekitar pukul 11 lebih kami sampai di pos 2 sekitar
1100 mdpl, dan duduk-duduk sekalian makan siang , Pos 2 ini berupa rumah
panggung , bawahnya cukup menampung 2 tenda ,
terdapat mata air membentuk selokan dangkal di sebelah kiri pos apabila kita
berdiri menghadap posnya.
|
Sekitar 10 menit dari pos 1 kita menyebrang sungai
|
|
Jalur ke pos 2
|
|
jalur ke Pos 2
|
|
Jalur ke pos 2
|
|
Pos 2
|
|
Pos 2, Pak Een menyemprot rumput di sekitar pos
|
Pukul 12 lebih
kami meneruskan perjalanan, jalur menuju
pos 3 yaitu menyebrang mata air dan terus menanjak nyaris tanpa ampun. Jalur ke
pos merupakan jalan setapak dan hutan yang cukup rapat dengan banyak pohon
tumbang yang melintang di jalur, kami sangat terbantu dengan tanda-tanda ikatan
tali rafia pada dahan-dahan pohon sehingga kami lebih yakin bahwa kita berada
di jalur yang benar.
Di jalur ini mulai terdapat pacet tetapi tidak terlalu masif
; saat kami disana hanya menemukan 2-3 pacet dan yang mengganggu ada serangga
kecil-kecil berwarna putih yang berterbangan di depan wajah kita, sukanya
menempel di dahi dengan meninggalkan bentol-bentol merah yang gatal, saya sudah
menjadi korbannya…
Sekitar pukul 16.19 kami sampai di pos 3 dengan ketinggian sekitar
1600 mdpl, dan sepatu kiri sayapun jebol;
saya memang memakai sepatu lama karena sepatu gunung yang baru kurang nyaman
dipakai, tetapi karena terlalu lama dalam kardus sepatu saya rusak dan baru
sehari jalan langsung lepas sol-nya…tetapi tidak usah heran , karena saat hari
berikutnya saya bertemu pendaki-pendaki yang turun gunung banyak yang sepatunya
jebol atau sandal gunungnya lepas, dan
sepatu suami saya yang relatif baru juga solnya jebol kok meski tidak sampai
copot seperti sepatu saya..hahahaha…
Pos 3 merupakan tempat agak lapang yang cukup menampung 8 tenda, bisa maksa 10
tenda tapi tempatnya miring, di pos 3 ini tidak ada bangunan ataupun bedeng.
Saat itu suasana berkabut dan tanahnya basah, jadi kalau ingin nyaman wajib
membawa alas tenda. Di pos 3 ini tedapat mata air melawati; jalannya menurun agak
curam di sebelah kanan jalur, terdengar kok gemercik suaranya karena ada air
terjun kecil di sungainya.
|
Jalur menuju pos 3
|
|
Jalur menuju pos 3
|
|
Jalur menuju pos 3 |
|
Jalur menuju pos 3 |
|
Pos 3 |
|
Pos 3 |
|
Pos 3 |
27 Desember 2020, pukul 9. lebih kami memulai perjalanan
menuju pos 4 atau pos peninjauan yang merupakan trek panjang dengan jalur
menanjak dan hutan yang rapat, sekitar 3 jam berjalan dari pos 3 kita akan
bertemu pertigaan atau pertemuan dengan jalur pendakian dari desa Pinaga,
sehingga dari sini jalur dari dua desa menjadi satu menuju ke pos 4 .
Dari sini kami banyak bertemu pendaki-pendaki yang turun dan
dimana kondisinya mayoritas dalam kondisi lelah , badan/baju kotor dan alas
kaki berlumpur, whoa…disini perasaan saya mulai tidak enak,…dan betul saja
setelah berjalan sekitar 4-5 jam dengan jalur hutan ,berikutnya kita akan
bertemu trek yang merupakan jalur air dengan langit yang lebih terbuka. Kondisi
jalurnya cukup rusak dan berlempung...maka kamipun merayap dan seringkali
menggunakan tangan dan kaki untuk memanjat jalan, dan kami sampai di pos 4 atau
pos paninjauan sekitar pukul 17 lewat…8 jam perjalanan, sungguh perjalanan
panjang dan menguras tenaga.. suami saya juga pasti kelelahan ; dia berjalan
cukup lambat karena kerilnya cukup
berat…
Pos 4 ini merupakan area datar di sebelah kanan jalur yang
hanya dapat menampung sekitar 6 tenda berhimpitan. Dalam hal ini kami beruntung
rombongan Revan menyiapkan space untuk tenda kami ,kalau tidak..dengan kondisi
libur akhir tahun sehingga pendaki cukup banyak, apabila pos 4 penuh kami harus
meneruskan perjalanan menanjak ke danau-danau sekitar 1-2 jam…waduh, saat itu
saya sudah benar-benar lelah. Pos 4 ini dijuluki pos peninjauan karena dari
sini kita dapat melihat view ke bawah dan sunset yang indah apabila kita
beruntung, di sini terdapat mata air tetapi tidak terlalu besar.
|
Sol sepatu copot, dianyam menggunakan tali karena tidak membawa lem/aibon
|
|
Jalur menuju pos 4, langsung menanjak
|
|
Jalur menuju pos 4
|
|
Jalur menuju pos 4 |
|
Pertemuan dengan jalur desa Pinaga
|
|
Bertemu spesies Napenthes alias Kantong Semar
|
|
Jalur menuju pos 4 |
|
Jalur menuju pos 4 |
|
Jalur menuju pos 4 |
|
Jalur menuju pos 4 |
|
membuka tenda di pos 4 atau pos peninjauan
|
|
View dari pos 4
|
|
View dari pos 4 |
|
mata air di pos 4
|
28 Desember 2020, pukul 9 lebih kami memulai perjalanan ke
puncak, treknya masih berupa jalur air dengan langit terbuka, saat itu agak
berkabut dan gerimis tipis, sekitar 1 jam kami sampai di area danau , dimana danau yang terisi air ada 3. Jalurnya lumpur dan di beberapa spot berupa kubangan…
Area
danau-danau ini cukup lapang, tetapi tetap saja sulit menemukan tempat kering
untuk membuka tenda karena banyak yang berlumpur atau basah; jadi tampak
seperti area rumput tetapi apabila rumputnya diinjak jadi berair, kurang lebih
seperti itulah…yang jelas air tersedia banyak disini.
Setelah foto-foto kami menuju ke arah puncak berupa jalur
batu-batu besar, kamipun mulai memanjat…saat altimeter kami menunjukkan jarak
sekitar 80 meter lagi untuk sampai ke puncak, saat saya memanjat sebuah batu
yang sebetulnya tidak terlalu tinggi, kaki kiri saya sudah naik , sekonyong
konyong ,” Kreeekk…”…lutut kaki kanan saya terkilir sampai bunyi nyaring spt
itu, dan saya sampai berteriak kesakitan…drama pun dimulai…suami saya cepat-
cepat membantu dan mendudukkan saya…oh my God, pikiran saya sudah kemana-mana,
setelah agak lama saya mencoba menggerak-gerakkan lutut dan dapat berdiri
kembali , suami bertanya apakah tetap mau ke puncak…disini ego kita diuji ya…saya
menatap ke puncak yang sudah kelihatan cukup dekat, saya berfikir sebetulnya
saya kuat dan sanggup berjuang sampai puncak, tetapi PR kaki kanan saya akan
tambah banyak dan saya tidak mau menyusahkan orang karena keegoan saya, sayapun
menjawab kalau saya menyerah, dan minta maaf ke suami kalau mengecewakan
dia…dan suami saya menghibur,” Sudah berapa kali kita naik gunung…puncak ya
seperti itu, kali ini kita gagal muncak ya tidak apa-apa “…
Kamipun turun
perlahan , dan kembali ke pos 4, selama bertahun-tahun kami berdua mendaki
gunung baru kali ini mengalami cedera dan gagal ke puncak, saya benar-benar
introspeksi diri atas peristiwa tsb…benar-benar adegan antiklimaks ya..
Saat turun di area danau-danau kami bertemu rombongan Revan
yang baru tiba dari pos 4, kami bertegur sapa dan bercerita tentang kecelakaan
kecil yang saya alami untuk kemudian
saling melanjutkan perjalanan, belakangan setelah sama-sama di pos 4 ternyata
mereka tidak jadi muncak karena saat itu
kabut turun dan mereka membatalkan ke puncak dengan alasan keselamatan…kamipun
saling menghibur, mereka masih muda-muda dan rumahnya sekitar Pasaman sehingga
dapat mengulang kembali mendaki Talamau di lain kesempatan.
Begitulah...cuaca di gunung memang sulit diprediksi …
|
menuju danau
|
|
Trek menuju danau-danau
|
|
Trek menuju danau-danau
|
|
Trek menuju danau-danau, berlumpur
|
|
Area danau-danau, berlumpur |
|
Salah satu danau
|
|
Danau ke 2
|
|
Danau ke 3 yang paling besar, jalurnya berlumpur
|
|
Area camp
|
|
Danau terbesar
|
|
Misty..
|
|
Cantigi, danau & misty Talamau
|
|
Danau terbesar
|
|
Trek menuju puncak
|
|
Trek menuju puncak
|
|
Trek menuju puncak,memanjat batu-batu
|
|
View dari trek puncak ke bawah, sesaat sebelum terkilir
|
Sampai pos 4 setelah beristirahat dan makan siang , kami
langsung mengemasi tenda dan bersiap-siap turun ke pos 3, saat itupun sudah ada
pendaki yang mengantri untuk membuka tenda di tempat kami, itulah kelemahan
trek gunung Talamau yaitu space untuk tenda yang terbatas .
Sekitar pukul 16 kami berdua mulai bergerak turun ke pos 3,
tentu saja saya berjalan seperti siput karena lutut kanan saya masih sakit dan
sangat terbatas gerakannya…jadi tekad saya saat itu pokoknya harus sampai di pos 3, karena selain
mengejar supaya hari berikutnya kita bisa turun ke pos 1 , selain itu kalaupun
kita ingin berhenti antara pos 4 dan pos 3 tidak ada space buat kita mendirikan
tenda, kecuali kita bikin bivak atau menggantungkan hammock..hahahah…parah kan….
Dan akhirnya pukul 01.00 dinihari kami sampai di pos 3…bayangkan
,9 jam perjalanan malam …takut tidak
jalan malam-malam? Sepertinya kami tidak sempat memikirkan takut..selain itu
kami bedua sudah terbiasa trekking malam atau kemalamam , hahhaah…yang jelas kami
beruntung saat itu tidak turun hujan yang deras, hanya sempat gerimis tipis dan tidak begitu lama. Kami langsung mendirikan tenda ; saat itu
area pos 3 kosong hanya ada tenda rombongan Revan yang sudah tiba jauh lebih
awal.
29 Desember 2020, pukul 10.30 kami mulai turun ke pos 1,
saya dapat berjalan agak cepat karena saya memakai dekker di lutut dan minum obat
Voltadek untuk penghilang sakit. Saat turun kami bertemu banyak pendaki yang
akan merayakan tahun baru di gunung Talamau, akhirnya sekitar pukul 16.30 kami
sampai di sungai dekat pos 1, rencana untuk langsung turun ke pos lapor kami
batalkan karena turun hujan deras dan lama, kamipun bermalam di rumah
ladang pak Een dekat pos 1 bersama rombongan Revan & Fajri sebelum pulang
keesokan harinya
|
Perjalanan turun, akhirnya..,sudah mendekati pos 2 .(mohon maaf banyak foto punggung suami, karena saya di belakangnya dan berusaha memberi gambaran trek yang dilalui)
|
30 Desember 2020, kami mandi di sungai sepuasnya ..sungainya
hanya selemparan batu dari pos 1, airnya jernih dan Insya Alloh bersih karena
aliran langsung dari hutan.
|
Sungai dekat pos 1
|
|
Sungai dekat pos 1
|
|
Sungai dekat pos 1, mandi membuang daki yang menempel selama 5 hari..haha
|
Setelah berkemas kami dijemput ojek yang dipesankan
kawan-kawan, kamipum berpamitan serta mengucapkan terima kasih pada pak Een dan
rombongan Revan & Fajri yang banyak membantu kami selama perjalanan.
Saat kami sampai di Padang lagi ,kami mendapat kabar ada 2
pendaki pria gunung Talamau yang dievakuasi , penyebabnya saat mereka sampai
pos 3 tidak ada lagi tempat untuk mendirikan tenda, sehingga mereka mau tak mau
meneruskan perjalanan ke pos 4 ,sementara kondisi hujan dan mereka sudah
kelelahan dan kedinginan, akhirnya mereka menyerah di trek antara pos 3 dan pos
4 dan dievakuasi dengan cara digendong turun oleh relawan dari desa Lubuak
Landua.
Di akhir tulisan ini saya membuat beberapa catatan tentang pendakian
gunung Talamau jalur Lubuak Landua
1. Saat
registrasi kita membayar 10k/orang dan penitipan kendaraan 15k/unit
2. Untuk
menghemat tenaga dan waktu dari pos lapor ke pos 1 kita dapat memesan ojek dan
biayanya tidak terlalu mahal yaitu 15k one way, ini sangat membantu karena bagi
saya pribadi berjalan di ketinggian 300-400 mdpl di antara kebun sawit di cuaca
cukup panas,sangatlah menyiksa..maklum, rumah kami di Lembang di ketinggian
±1250 mdpl
3. Untuk
pendaki luar kota Pasaman, sebaiknya siapkan logistik dari awal , karena warung
dan rumah makan di desa Lubuak Landua pilihannya terbatas. Persiapkan makanan
matang yang awet dan berselera agar nafsu makan tetap terjaga, makanan matang
disini sangat berguna kalau kita sudah terlalu lelah untuk memasak lauk, dan
siapkan logistik berlebih untuk berjaga-jaga apabila kita tertahan harus lebih
lama di gunung misal karena cuaca buruk, FYI saat di Talamau kami bertemu satu rombongan turun
sebelum muncak karena kehabisan logistic.
4. Air
tersedia di setiap pos, di antara pos 3 dan 4 juga ada mata air kecil di jalur pendakian
5. Sebaiknya
siapkan sepatu cadangan, atau selain memakai sepatu bawa juga sepatu sandal
gunung cadangan, bawa lem Aibon dan tali rafia atau tali jenis lain, Insya
Allah pasti berguna setidaknya untuk membantu orang lain.
6. Di
pos 1 sampai sungai banyak tempat untuk mendirikan tenda, di pos 2 selain rumah
panggung ,di bawahnya dapat menampung tenda, di pos 3 dapat menampung
max.10 tenda tetapi kondisi tanah tidak datar, di pos 4 dapat menampung max 6
tenda berhimpitan, di danau-danau area cukup luas tinggal memilih area kering
saja
7. Di
jalur dari pos 2 ke pos 3 ada satu tempat darurat yang cukup untuk satu tenda
(jadi ada jalur yang cukup lebar , jadi kita bisa dirikan tenda di jalur kalau
terpaksa ) , di jalur dari pos 3 ke pos 4 tidak ada
tempat untuk mendirikan tenda darurat, demikian juga dari pos 4 ke
danau-danau. PR paling besar adalah pos 4 karena disini pendaki dari pintu
masuk dua desa menyatu, sehingga apabila pendakian cukup ramai pasti di pos 4
ini berebut tempat, kalau tidak kebagian harus meneruskan perjalanan ke atas
sementara kebanyakan pendaki baik dari jalur Pinaga maupun Lubuk Landua sudah
kelelahan karena trek ke pos 4 ini cukup panjang.
8. Yang
terakhir ini opini saya pribadi ya, sebelum mendaki Talamau saya mencari-cari informasi
di media daring adakah larangan atau pantangan bagi pendaki wanita yang sedang
haid untuk mendaki Talamau. dan saya tidak menemukan stetment pantangan bagi
wanita haid . Saat saya di pos lapor petugas sempat menanyakan kondisi haid
karena melihat stok pembalut di keril saya, dan saya menjawab belum,saat mulai
mendaki ternyata di pos 2 ternyata period saya maju dan saya ‘dapet’…malah saat
saya ke puncak itu sedang banyak, dan terjadilah lutut terkilir yang
menyebabkan saya tidak dapat mencapai puncak yang hanya tinggal 15 menit lagi
saya mendaki…setelah saya mengevaluasi perjalanan kami, introspeksi, dan menghubung-hubungkan,
memang kejadian lutut terkilir agak aneh karena posisi kaki kanan saya rasanya
normal-normal saja, tapi entahlah..yang jelas menurut pendapat saya sebaiknya
para pendaki wanita menghindari naik gunung Talamau dalam keadaan haid, karena
secara medis kondisi tubuh wanita yang sedang haid umumnya kurang optimal,
secara non medis kita juga sebaiknya menghormati hal-hal tidak kasat mata di
tempat-tempat separti gunung Talamau ini.
Demikian cerita kami mendaki
Talamau, sungguh gunung dengan trek luar biasa, tentunya saya mengharapkan ke
depannya jalur pendakian gunung Talamau ini dapat dibuat lebih aman, terutama
jalan jalur airnya dan memperbesar area untuk tenda di pos 3 dan pos 4, salam
lestari….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar